Tubuh Alesya membeku saat melihat sosok wanita paruh baya yang ada di café tempat ia bekerja. Apa yang ia lakukan disini?
Tanpa sadar ia memilin ujung seragamnya karena gugup. Terutama ketika mata wanita itu menatapnya dan melambaikan tangannya untuk menyuruh Alesya menghampirinya. Tentu saja Alesya semakin gugup.
Astaga! Sungguh, sudah setengah mati ia mencoba untuk menghindar dari Miranda—wanita yang sedang melambaikan tangan padanya itu—namun, apa daya, wanita itu punya seribu satu cara untuk tetap menemuinya.Akhirnya, setelah ‘berperang’ dengan batinnya sendiri, Alesya melangkahkan kakinya dengan pelan menuju meja yang ada di tengah – tengah café itu. Lagipula, untuk apa menghindar? Toh, Miranda pasti akan terus menemuinya.
“Bagaimana kabarmu, sweetheart?” tanya Miranda sesaat setelah Alesya duduk di hadapannya.
Buruk. “Aku baik – baik saja,” ucapnya dengan senyum sendu.
Tangan Miranda bergerak untuk menggenggam tangan Alesya, seolah mengerti apa yang sedang dirasakannya. Oh ayolah, Alesya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang kacau, wajahnya sangat polos dan mudah sekali bagi Miranda untuk menebak isi hatinya.
“Kau bukan pembohong yang hebat, Ale.”
Alesya hanya diam, tidak menunjukan ekspresi apapun.
“Oke, aku akan langsung ke intinya saja, supaya tidak bertele – tele,” ujar Miranda yang membuat Alesya mengerutkan dahinya. Memangnya apa yang akan ia bicarakan?
“Aku ingin kau kembali pada Kent.”
Alesya terkejut bukan main. Untuk apa Miranda membicarakan itu? Seberapa besar masalahnya dengan Kent, ia tidak mau ada siapapun yang mencoba untuk ikut campur. Baginya, cukup mereka berdua saja yang menyelesaikannya, walau ia tidak yakin bagaimana cara menyelesaikannya.
“Kau hamil,” ujarnya dengan lantang, “Alesya, kau tidak bisa seperti ini terus.”
“D-dari-mana kau tahu itu..?” Alesya tergagap mendengar penuturan Miranda. Sementara wanita yang ada di hadapannya itu hanya mendengus lelah.
“Tidak penting siapa yang memberitahuku, yang terpenting sekarang adalah hubungan kalian.”
Tidak perlu berpikir keras, Alesya sudah tahu siapa yang memberitahu Miranda tentang kehadiran janinnya.
Kent.Tentu saja pria itu, tidak mungkin Zidan atau Karina yang memberitahu Miranda. Alesya sendiri masih heran darimana Kent mengetahui bahwa ia hamil, tapi lebih mengejutkan lagi jika secepat itu juga Kent memberitahu Miranda.
Ya Tuhan, masalah apalagi ini?
“Alesya, aku tahu aku sedikit lancang tentang ini. Tapi aku hanya ingin membantu, aku tidak ingin cucuku tumbuh tanpa kehadiran ayahnya.”
Suara Miranda semakin menciut, perubahan mimik muka begitu kentara di wajahnya.
“Aku bisa merawatnya sendiri. Aku tidak butuh belas kasihan siapapun.”
Oke, sebut saja Alesya kurang ajar, tapi hanya itu satu – satunya cara agar Miranda tidak mendesaknya untuk kembali dengan Kent.
“Dan memisahkannya dari ayahnya sendiri?” tanya Miranda yang sukses menusuk hati Alesya yang terdalam.
Memisahkan Kent dengan anaknya? Alesya merasa sangat jahat jika benar – benar melakukannya. Tapi kesalahan Kent terlalu besar untuk dimaafkan. Ia tidak bisa langsung melupakannya begitu saja.
Miranda tersenyum tipis. Diamnya Alesya membuat hatinya berbunga, pasti masih ada kesempatan untuk si anak bejatnya itu untuk kembali dengan Alesya. Miranda sudah terlanjur menyukai Alesya, apalagi setelah tahu bahwa ia akan segera mendapat seorang cucu, mustahil baginya untuk membiarkan Alesya ‘terlepas’ dari Kent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You [SUDAH TERBIT]
Roman d'amour-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingkan kamu? sakit? dendam? benci? semua itu aku rasakan selama 21 tahun hidupku. Jika kalian bertanya a...