Chapter 56

32.4K 1.4K 22
                                    

Cuma ngingetun aja, cerita ini MURNI IMAJINASI AKU SENDIRI yaa. Jadi kalo kalian ada yang lihat cerita ini di lain lapak, kasih tau akuu:)

Oke, have a nice reading💜

***

“Hai, calon istri. Kau disini dan aku sudah bangun.”

Kent tersenyum lebar seraya melebarkan tangannya, bermaksud untuk memeluk Alesya ketika melihat kedatangan wanita itu yang sebenarnya sudah ia tunggu sejak tadi. Walau sebenarnya, gerakan Kent itu membuatnya sedikit ngilu dan dadanya terasa sakit.

Bukannya langsung berhambur ke pelukan Kent, Alesya malah berdiam diri di tempatnya yang membuat semua orang disana bingung.

“Alesya? Kau masih marah padaku?” tanya Kent dengan nada murung. Untuk kau ketahui saja, Kent mendengar semua ucapan Alesya ketika ia ‘tidur’.

Kondisi Kent pulih dengan cepat, meskipun kondisinya mengenaskan ketika terbaring koma, tapi untung saja Tuhan masih berbaik hati pada bajingan itu sehingga ia bisa langsung berinteraksi dengan orang sekitarnya walau masih sering merasakan sakit. Tanpa kelumpuhan, hilang ingatan, ataupun cacat lainnya.

Hanya saja, sebelah kakinya yang menurut Miranda mengalami patah tulang masih belum bisa digerakan.

Alesya menggeleng, tapi tubuhnya masih terpaku di tempatnya.

“Apa.. tidak apa? Maksudku, kau sakit,” ucap Alesya yang mengundang gelengan dan gelak tawa dari orang – orang yang ada di sekitarnya.

“Aku sudah sehat, sweetheart. Dokter sendiri yang mengatakan bahwa aku sudah sembuh dan sudah melewatai masa kritisku,” ucap Kent diiringi dengan kekehan kecil. Alesya masih tampak ragu untuk mendekati Kent. Ia hanya takut melukai melukai pria itu jika ia memeluknya.

Tiba – tiba, Kent menarik Alesya ketika wanita itu sudah berada di sisi ranjangnya. Tentu saja, itu membuat Alesya terkejut setengah mati walau akhirnya ia mengalungkan tangannya pada leher pria itu.

I miss you so damn much,” bisik Kent yang membuat Alesya semakin mengeratkan pelukannnya. Melihat itu, Miranda yang mengerti situasi akhirnya menyuruh semua orang yang ‘menyaksikan’ adegan romantis tersebut untuk keluar dari ruangan, memberi pasangan itu waktu berdua.

Air mata Alesya akhirnya meluruh begitu saja. Ia juga merindukan Kent, sangat – sangat merindukannya. Alesya tidak tahu bagaimana dirinya jika Kent masih belum sadar juga.

Kent yang merasa bahwa Alesya menangis akhirnya melepaskan pelukannya. Ia mencoba tersenyum walau hatinya sakit melihat wanita yang dicintainya itu menangis. Tangannya yang masih lemas terulur untuk menghapus air mata Alesya dengan gerakan gemetar.

Hey, love. What’s wrong?” tanyanya dengan lembut.

Alesya menjawabnya dengan gelengan. Matanya tidak sanggup untuk bertubrukan dengan mata indah Kent.

“Ale, am i hurt you? Again?” tanya Kent yang sedikit menohok hatinya. Apa pria itu menyakiti wanita yang dihadapannya ‘lagi’?
Alesya kembali menggeleng.

No, aku—aku minta maaf. Ini semua terjadi karena—aku, seharusnya aku tidak menjauh darimu—aku, seharusnya aku bisa memaafkanmu ‘lebih cepat’,” ujar Alesya tersedu – sedu. Kent semakin merasa bersalah.

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang