Chapter 50

28.9K 1.4K 26
                                        

Hari sudah malam ketika Alesya memutuskan untuk pergi ke rumah mewah milik Rio Mahendra. Walaupun ia sudah cukup lelah karena café tempatnya bekerja hari ini cukup penuh, tapi ia tetap menepati janjinya pada Nada.

Ia sudah tepat di depan pintu besar itu, namun tetap saja, tangannya terlalu sulit untuk digerakkan. Terhitung sudah dua menit ia berada di tempatnya, bahkan, satpam yang ada di dekat pintu gerbang yang cukup jauh dari tempatnya berdiri sampai memandang ke arahnya dengan heran.

Ayolah, Alesya, kau bisa menghadapi ini.

Akhirnya, Alesya memencet bel yang ada di rumah itu beberapa kali, hingga akhirnya Nada yang membukakan pintu untuknya. Tentu saja sang ibu langsung terkejut melihat Alesya. Dengan sekali gerakan, ia langsung memeluknya.

"Alesya.. Anakku," bisiknya yang cukup untuk menggetarkan hati Alesya. Alesya berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan air matanya.

Ingin sekali Alesya mengatakan bahwa ia sudah lelah dengan semua yang menimpanya. Ia ingin meringkuk dan terlelap di atas paha ibunya untuk melupakan semuanya. Alesya sudah lelah, ia benar – benar lelah.

"Ayo, masuklah," ajak Nada setelah ia sudah merasa tenang, Alesya hanya dapat membalasnya dengan senyuman.

"Kebetulan sekali, kita akan makan malam," ujar Nada seraya menuntun Alesya ke meja makan yang sudah ada Rio dan Alinisya.

Alinisya...

Ketika adiknya itu melihatnya, Alesya dapat langsung melihat perubahan gestur dari wanita itu. Ia terlihat menegang dengan tangan yang berhenti menyuapi makanan ke mulutnya.

"Alesya," panggil ayahnya yang sedikit terkejut melihat seragam yang dipakai Alesya. Selama ini ia tidak tahu dimana Alesya bekerja, ia mengira Alesya akan mendapat pekerjaan yang lebih baik dibandingkan 'bekerja' di café.

"Malam, Ayah," sapanya dengan nada rendah.

Nada menyuruhnya untuk duduk. Tepat di hadapan Alinisya yang sekarang menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat terbaca. Ia terlihat... sedih?

Entahlah. Alesya tidak mau ambil pusing.

Nada terlihat sudah menyiapkan sepiring makan malam dan diberikannya pada Alesya. Untunglah, sejak siang, ia belum memakan apapun, perutnya sudah keroncongan sedari tadi, sepertinya calon anaknya ini sudah berteriak meminta makan.

Alesya tersenyum kecil ketika mengingat bayinya, tanpa sadar ia mengelus perut ratanya. Sekacau apapun hidup yang dialaminya, Alesya selalu bersyukur akan kehadiran calon bayinya. Setidaknya, ada alasan yang membuat Alesya semangat dalam menghadapi kejamnya dunia.

Makan malam itu diisi dengan keheningan. Semua fokus pada pikirannya masing – masing. Begitu pula dengan Alesya, ia sudah melupakan tujuan utama mengapa ia datang kemari.

Hingga akhirnya...

"Bagaimana keadaan calon cucuku?"

Seakan ada petir yang menyambarnya, tubuh Alesya langsung menengang. Jantungnya seketika itu juga berdegup kencang. Ayahnya sudah tahu?

Rio hanya tersenyum kecil melihat kegugupan Alesya.

"Alesya, kau hamil?" Rio tahu konyol menanyakan hal itu tapi ia hanya ingin memastikan.

Alesya hanya dapat menunduk dan tidak menjawab apapun.

"Nak, tidak apa, kami sudah tahu," ucap Nada dengan lembut. Ucapannya membuat Alesya mendongak hingga tatapanya bertubrukan dengan tatapan lembut milik Nada. Astaga! Rasanya Alesya ingin menangis sekarang juga...

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang