Have a nice reading :*
***
Karina melangkahkan kakinya untuk mendekati wanita yang sedang terduduk di samping ranjangnya itu. Tangannya terlihat memegang perutnya yang rata. Tempat dimana janinnya sedang tumbuh.
"Alesya," panggilnya, membuat wanita itu mengalihkan pandangannya.
Karina menghampirinya dan duduk di samping Alesya.
"Kau baik – baik saja?" tanyanya. Seharusnya ia tidak menanyakan itu, sudah terlihat jelas bahwa wanita itu tidak baik – baik saja.
"Tidak," jawabnya dengan pandangan kosong, hati Karina kembali teriris melihat keadaan Alesya.
"Kau sama hancurnya dengan dia," ucap Karina yang membuat Alesya memandangnya dengan dalam. Alesya kembali mengingat wajah pria berengsek itu.
"Tidak, dia tidak hancur."
"Kau hanya tidak tahu, Alesya. Ia sangat hancur. Aku menyaksikannya sendiri," ujar Karina berusaha memberi pemahaman pada sahabatnya bahwa Kent juga sama hancur dan menderita sepertinya.
"Jika dia hancur, mengapa dia bisa menyelesaikan semua masalahnya dengan baik? Bagaimana mungkin perusahaannya tetap maju?" tanya Alesya, air matanya kembali berlinang di kedua manik matanya. Ya Tuhan.
Seberapa keras pun Alesya menghindari semua hal tentang Kent. Ia masih saja mengetahui perkembangan pria itu. Bohong jika ia sudah tidak peduli dengan pria itu, bohong jika ia tidak ingin mengetahui apapun tentangnya. Buktinya, ia masih saja tahu apapun tentangnya.
"Ia hancur, Ale. Percayalah. Kent selalu bermalam di kantor, jarang sekali aku mendapatinya keluar untuk beristirahat. Yang aku lihat hanyalah pria yang gila kerja—bahkan, sikap dinginnya lebih parah dari sebelumnya. Penampilannya pun berantakan. Sekali ini saja, Alesya, percayalah padaku."
Alesya hanya menggeleng tidak setuju pada Karia. Tidak mungkin Kent hancur karena dirinya. Itu tidak akan terjadi.
Alesya kembali tertunduk lemas seraya menatap perutnya, lagi. Perlahan tapi pasti, air matanya kembali meluncur deras di kedua pipinya. Tentu saja itu membuat Karina terserang rasa panik.
"Alesya, ada apa? Ya Tuhan, maafkan aku karena telah membuatmu ingat padanya. Aku hanya ingin membuatmu sadar," ucap Karina sambil membawa Alesya ke pelukannya.
Alesya menghela napas sebentar, "aku hanya tidak percaya bahwa aku tengah mengandung anak pria itu," ucapnya dengan nada bergetar. Membuat Karina semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa kehadirannya tidak tepat? Kenapa harus sekarang, Karina?!" jeritnya dengan putus asa. Tangisannya terdengar pilu. Tidak, Alesya tidak membenci keberadaan calon bayinya, ia hanya...putus asa.
"Aku tahu, Alesya. Bersabarlah, semua ini akan ada jalan keluarnya. Ada aku dan Zidan disini, kami akan selalu mendampingimu, jangan takut," ujar Karina mencoba menenangkan sahabatnya.
"Alesya, mungkin Tuhan menghadirkan dia, supaya kau kembali dengan Kent. Agar kalian mengakhiri ini semua."
Karina masih setia memberi wejangan pada Alesya setelah dirasa wanita itu sudah tenang.
"Sekarang, berisirahatlah. Jangan terlalu memikirkan banyak hal."
***
Kent melangkahkan kakinya menuju kediaman Rio Mahendra. Kedatangannya kali ini memang sudah ia rencanakan sendiri. Ia bertekad untuk mendapatkan Alesya kembali, dan ini adalah langkah pertamanya.
Nada yang membuka pintunya setelah Kent beberapa kali memencet bel rumah itu. Wajahnya tampak terkejut untuk sementara, dan sedetik kemudian, Nada memperlihatkan aura yang tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You [SUDAH TERBIT]
Romance-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingkan kamu? sakit? dendam? benci? semua itu aku rasakan selama 21 tahun hidupku. Jika kalian bertanya a...