Chapter 64

26.4K 951 11
                                        

Alesya sedang mengeringkan rambutnya ketika Kent keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit pinggangnya. Tetes – tetes air masih membasahi badannya yang terukir sempurna, semakin membuat Kent terlihat...hot.

Alesya berdeham sebentar ketika menyadari bahwa otaknya sudah berpikiran yang macam – macam. Untung saja, pria jahil itu tidak menyadarinya.

Kini mereka berada di kamar Kent yang berada di lantai kedua mansion ini. Setelah prosesi pernikahan mereka yang lumayan lama, akhirnya malam ini mereka bisa beristirahat dengan tenang. Para tamu juga sudah pulang sejak tadi, begitu juga dengan orangtua Alesya. Alesya sempat menangis ketika orangtuanya memutuskan untuk pulang, kediaman orangtuanya dengan mansion ini memang jauh, jadi Alesya yakin pasti ia akan merindukan mereka.

"Kau mencari apa?" tanya Kent ketika melihat Alesya memeriksa walk in closet yang ada di kamarnya.

"Kenapa yang ada hanya bajumu?" tanya Alesya setelah lelah mencari bajunya—yang tidak ada satupun di sana.

"Karena itu punyaku," jawab Kent santai seraya memakai kaosnya.

Alesya menatap Kent dengan jengkel. Apa maksud pria ini? Sudah jelas Kent—atau lebih tepatnya, Kent menyuruh orang untuk memindahkan barang – barang Alesya yang ada di rumahnya ke kamar ini karena setelah upacara pernikahan dan segala tetek bengek-nya selesai, Alesya akan langsung tinggal disini.

"Kau bilang sudah memindahkan semua barangku," ucap Alesya memberenggut.

"Pergantian rencana, kita hanya akan bermalam disini, semua bajumu sudah aku pindahkan ke penthouse milikku."

Alesya tercengang mendengarnya. Bagaimana mungkin pria itu bisa dengan mudahnya mengatakan itu?

"Lalu malam ini aku akan memakai apa?!" pekik Alesya seraya menghentak – hentakan kakinya dengan kesal.

Kent yang melihat itu tertawa geli dan mendekatkan diri pada Alesya. Terus mendekat sehingga badan Alesya sudah terhimpir ke tembok.

"Tidak memakai apapun," bisik Kent seraya menarik tali kimono yang dipakai Alesya. Alesya baru akan memprotes itu sebelum bibir Kent membungkam dirinya dengan ciuman yang memabukkan.

"Kent, kau keterlaluan, ak—"

"Shh.. Kita baru beberapa jam menikah, hentikan ocehanmu—nikmati saja malam pertama kita," ucap Kent dan menggigit kecil belakang telinga Alesya. Bagian sensitif wanita itu.

Alesya tidak dapat mengelak begitu kimono itu akhirnya terjatuh yang membuat dia harus menahan malu karena tidak memakai apapun dibalik kimono itu. Kent melepaskan ciumannya dan menatap sang istri dengan tatapan lapar.

"Kau sangat nakal, istriku," goda Kent dan melanjutkan aktivitasnya, yaitu, mencecapi leher jenjang Alesya.

"In—ini salahmu—aku tidak membawa—setelan baju lain—"

Dengan susah payah, Alesya menjawab ucapan Kent karena pria itu masih asyik bermain di lehernya. Membuat banyak jejak yang Alesya yakini pasti tidak akan hilang selama tiga hari. Suara decapan itu semakin mendominasi, ketika Kent mendorong tubuh polos Alesya ke kasur dan menyerang buah dada istrinya.

Alesya mendesah semakin keras. Tangannya mulai bermain nakal di rambut Kent yang masih sedikit basah sehingga terasa dingin di tangan Alesya.

Pria itu bermain lama di kedua buah dadanya. Seakan dia adalah anak kecil yang baru menemukan mainan yang ia sukai. Alesya mendongakkan kepalanya ketika hisapan Kent semakin kuat. Rasa sakit bercampur nikmat dirasakan olehnya. Ya Tuhan! Ia tidak ingin Kent berhenti.

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang