Chapter 53

28.8K 1.4K 37
                                    

Playlist : I Won’t Give Up by Jason Mraz

***

Alesya memandangi langit yang sekarang sudah berubah jingga. Ia terduduk lemas di ranjang rumah sakitnya. Sudah tiga hari semenjak ia dirawat karena kehilangan calon bayinya, dan sudah tiga hari itu juga ia melakukan hal yang sama.

Duduk menatap ke luar jendela, mengingat ‘semuanya’, dan akhirnya menangis. Terus seperti itu.

Keluarganya tidak pernah absen menjenguknya. Bahkan Bunda dan Alinisya selalu mengusahakan untuk bermalam disini. Begitu juga dengan Karina dan Zidan. Kedua sahabatnya itu selalu berusaha untuk menghiburnya. Walaupun hasilnya nihil. Alesya hanya membalas dengan senyuman tipis jika mereka berdua sudah mulai menghiburnya.

Bicara tentang Alinisya, sebenarnya Alesya sudah memaafkan wanita itu sedari jauh – jauh hari. Apalagi, bila dilihat dari sikap adiknya itu yang selalu setia menemaninya tiga hari ini, semakin membuat Alesya mudah memaafkannya. Jujur saja, Alesya tidak suka menyimpan dendam pada seseorang terlalu lama—apalagi jika orang itu adalah keluarganya sendiri. Tapi, well, tetap saja perlakuannya tidak berubah, masih dingin seperti biasa.

Aku sudah pernah menarik diri dari keluargaku satu kali, dan aku tidak mau mengulanginya lagi.”

Begitu yang ia ucapkan pada Alinisya—yang membuat adiknya berterimakasih karena sudah memaafkannya.

Selama tiga hari ini pula, ia belum mengetahui apapun tentang Kent. Semua orang memilih bungkam setiap ia menanyakan pria itu.

Jika boleh memutar waktu, Alesya akan mengatakan pada Kent bahwa ia sudah memaafkan pria itu. Ia masih mencintainya. Sangat. Jika saja Alesya tidak perlu bertengkar dengan Kent. Maka semua ini tidak akan terjadi. Atau setidaknya, ia bisa mengurangi sedikit ego dan gengsinya, Kent tidak akan seperti ini.

Iya, Alesya tahu Kent sudah membuat kesalahan fatal—kesalahan yang tidak mungkin dengan mudah dimaafkan, tapi, bagaimanapun juga, ia sudah kehilangan salah satu penyemengat hidupnya. Jika ia harus kehilangan Kent, ia tidak tahu akan seperti apa hidupnya.
Yang ia tahu, Kent mengalami kecelakaan yang cukup parah.
Tentu saja hanya mendengar satu kalimat itu saja, Alesya sudah menjerit histeris. Sudah cukup ia kehilangan calon bayinya, ia tidak akan sanggup bila ia kehilangan Kent. Ia selalu berusaha keluar dari ruang rawatnya untuk mencari kabar tentang Kent. Tapi percuma, Nada selalu melarangnya.
Alesya selalu berusaha menanyakan keadaan Kent, atau setidaknya, dimana Kent dirawat. Namun, ia harus menelan kekecewaan karena tidak ada satupun anggota keluarganya yang memberitahunya.

Ia juga sudah memakai berbagai cara, seperti menonton berita—apapun—hanya untuk mengetahui keadaan Kent. Karena ia yakin, pasti berita kecelakaan Kent akan dimuat oleh wartawan. Tapi, selalu saja, Nada menghalanginya dengan alasan bahwa ia harus istirahat.
Sepertinya, memang wanita itu yang menahan semua orang untuk tidak memberitahu Alesya tentang keadaan Kent.

Alesya mengalihkan pandangannya dari jendela begitu melihat Rio masuk ke ruangan seraya membawa bungkusan yang ia yakini adalah makanan.

“Jangan bilang ini pada ibumu, Ayah membelinya sembunyi – sembunyi,” ucap Rio seraya membuka bungkusan makanan itu. Ternyata itu makanan kesukaan Alesya. Apalagi jika bukan nasi padang.
Alesya tersenyum. Rio memang selalu membuat hatinya sedikit menghangat. Makanan rumah sakit sangat hambar, menurutnya. Dan lebih menyiksa lagi jika Nada sudah memaksanya untuk menghabiskan makanan itu walau Alesya sudah menolak berkali – kali.

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang