Pagi itu, Alesya mendorong kursi roda itu keluar dari rumah sakit. Sudah tiga miggu semenjak Kent membuka matanya, akhirnya dokter mewujudkan keinginan Kent dan memperbolehkannya pulang, walau sebenarnya patah tulang di salah satu kaki pria itu masih belum sepenuhnya sembuh.
Dan memang dasar Kent yang keras kepala, pria itu terus saja menolak untuk memakai kursi roda, ia mengatakan bahwa ia berjalan sendiri. Cih! Bahkan hanya untuk menggerakan kakinya yang patah saja Kennt masih kesulitan.
“Love, aku tidak mau memakai kursi roda itu lagi. Itu membuatku lemah,” rengek Kent ketika mereka baru saja sampai di kamar yang terdapat di mansion mewah milik keluarganya.
“Memangnya kau sudah mampu berjalan?” tanya Alesya sedikit mengejek karena lelah mendengar keluhan Kent.
“Tentu saja! Apa aku perlu membuktikannya padamu?” tantang Kent tidak mau kalah dengan Alesya. Sementara wanita itu hanya mendelik dengan tajam.
Alesya membuka tirai yang menutupi jendela besar di kamar Kent. Seketika, sinar mentari masuk kedalam kamar milik pria itu. Alesya kembali menghampiri Kent dan duduk di sisi ranjang.
“Kent, kau membutuhkan sesuatu?” tanya Alesya dengan lembut. Kent tersenyum melihat perlakuan Alesya padanya. Jika tahu Alesya akan terus memperhatikan keadaannya seperti sekarang, sudah dari dulu Kent meminta Tuhan untuk membuatnya jatuh sakit. Sisi berengseknya kembali muncul.
“Nope, cukup kau ada disini, itu sudah cukup,” jawab Kent yang membuat Alesya menghela napas. Sudah cukup ia menghadapi semua gombalan Kent padanya.
“Kau ingin berbaring di kasurmu?” tanya Alesya yang dijawab gelengan oleh Kent.
Alesya bingung, apa sungguh pria yang dihadapannya ini tidak membutuhkan apapun? Karena di rumah sakit, Kent benar – benar rewel dan membuat telinga Alesya lelah mendengar semua permintaannya.“Kemarilah, duduk di pangkuanku,” ujar Kent dengan tatapan menggoda yang membuat Alesya membelalakan matanya.
“No!! Kau gila! Kakimu belum sembuh, Kent!”
Kent hanya mendengus menlihat tanggapan Alesya. “Tidak apa, love. Aku baik – baik saja.”
Alesya menggeleng dengan tegas. Kent memang sudah gila, pria itu belum bisa berjalan, dan dengan santainya menyuruh Alesya untuk duduk di pangkuannya? Gila!“Bagaimana jika kita pergi ke kebun yang ada di rumahmu? Mom bilang kebun itu miliknya, aku penasaran ingin melihatnya,” ucap Alesya berusaha untuk mengalihkan topik. Akhirnya, Kent mengangguk dan membiarkan Alesya mendorong kursi rodanya.
Oh iya, untuk kau ketahui saja, kamar Kent berada di lantai satu yang sebenarnya itu bukan kamar miliknya, tapi Dira sudah memindahkan barang – barangnya dan menyuruhnya untuk tidur di kamar itu karena kamar Kent berada di lantai atas.
***
“Indah,” ucap Alesya ketika mereka sampai di kebun yang ada di sisi kanan mansion mewah keluarga Wijaya itu. Benar – benar luas dan sangat sejuk. Bahkan, luasnya mungkin dua kali lebih luas dibandingkan kebun milik Nada.
Kent menolehkan kepalanya ke samping dan tersenyum melihat Alesya yang berseri – seri.
“Mom sangat menyukai kebun ini, ia sendiri yang merawatnya juga bunga – bunga yang ada disini, ia yang memilih.”
Alesya duduk di bangku kecil dengan Kent yang ada di sisinya. Mata Alesya masih terpesona dengan keindahan kebun itu. Seolah ini adalah pertama kalinya ia melihat kebun luas yang dipenuhi dengan bunga – bunga cantik. Alesya memang tidak menyukai bunga, tapi bukan berarti dia tidak menyukai kebun, sebenarnya ia suka melihat bunga tapi tidak jika harus berdekatan dengan bunga – bunga itu. Alesya terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga tak sadar ketika salah satu pelayan yang ada di rumah itu menyuguhkan teh hangat pada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You [SUDAH TERBIT]
Romansa-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingkan kamu? sakit? dendam? benci? semua itu aku rasakan selama 21 tahun hidupku. Jika kalian bertanya a...