Ekstra Part 3

38.1K 1.5K 66
                                        

Mommy! Ada monster!”

Teriakan itu membuat Alesya yang sedang membereskan ruang keluarga tersentak. Tak lama kemudian, Clarresta turun dengan terburu – buru dan langsung berlari untuk bersembunyi di belakang punggung Alesya.

Alesya kebingungan dengan tingkah laku anak perempuannya. Monster? Di siang hari?

“Ah!!! Itu monster-nya, mommy!” Clarresta buru – buru kembali ke belakang punggung Alesya ketika melihat Kent datang dengan muka yang dikembungkan dan tangan yang seolah siap mencakar.

Alesya tertawa melihatnya.

“Dimana kau gadis kecil?!” ucap Kent dengan nada yang dibuat – buat. Clarresta mengeratkan pelukannya pada Alesya. Kaki kecilnya menghentak – hentak seolah ingin segera pergi dari sana.

No! Dia tidak ada disini!”

Alesya tertawa lagi mendengar ucapan Clarresta, suara kecilnya semakin tenggelam begitu ia menyembunyikan wajahnya di punggung Alesya.

Hap! Bukannya menangkap sang anak, justru Kent ‘merebut’ Alesya dari Clarresta yang membuat gadis kecil itu terkaget. Alesya hanya pasrah ketika tubuhnya dipeluk erat oleh Kent.

No! Mommy!!” rengek Clarresta dan menarik – narik baju Alesya. Alesya terkekeh melihat ekspresi anaknya yang seperti akan menangis.

“Sekarang mommy-mu, sudah aku ambil!” ucap Kent masih dengan nada yang dibuat – buat. Kent meliriknya dengan senyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya. Alesya menanggapinya dengan kekehan kecil.

Mommy!” teriakan dari ruang bermain anaknya yang berada di samping ruang keluarga mengagetkan mereka. Sean terlihat sedang memegang pedang mainannya dengan topeng yang hanya menutupi matanya dan selimut yang ia lilitkan di lehernya. Persis seperti superhero kesukaannya.

“Sean! Lihat, mommy kita diculik monster daddy!” seru Clarresta dan dengan segera Sean berlari ke arah Kent yang masih setia memeluk Alesya dan menghalaunya dari tangan kecil Clarresta. Sean langsung memukuli Kent dengan pedang mainannya, sementara sang adik sudah mengambil beberapa bantal dan memukulkannya juga pada Kent.

Kent yang menerima ‘serangan’ ganda itu, akhirnya melepaskan Alesya—yang masih terbahak melihat aksi lucu anak – anaknya—dan menggulingkan tubuhnya pada sofa di sampingnya. Tangannya menutupi kepalanya yang menjadi bulan – bulanan Sean.

“Okay, daddy menyerah!” teriak Kent yang tidak didengar oleh mereka. Alesya yang melihat ‘usaha’-nya yang sudah ia bereskan kembali di acak – acak hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lelah.

“Sean, Cla! Daddy menyerah! Kalian menang!” jerit Kent yang membuat anak – anaknya berhenti memukulinya. Sean bangkit dari punggung Kent dan berkacak pinggang di hadapan sang ayah. Sementara Clarresta berlari menghampiri Alesya dan menjulurkan lidah meledek Kent.

Kent tertawa melihatnya. Inilah waktunya bersama mereka, bermain bersama anak – anaknya, dan hal lain yang tidak bisa ia lakukan ketika hari kerja. Menurutnya, ini sangat berarti, ia tidak mau anak – anaknya menganggap ia semena – mena dalam mendidik mereka, dan tidak memiliki waktu untuk sekedar bermain bersama.

Alesya duduk di samping Kent, seraya menata bantal – bantal yang tadi dimainkan oleh Clarresta. “Mommy, tidak apa – apa?” tanya Sean yang membuat Alesya tergelak. Anak itu tersenyum.

Kent menarik Alesya untuk menidurkan kepalanya di paha suaminya. Clarresta yang melihat Alesya rebahan di paha Kent, menghampirinya dan duduk di perut Alesya. Melihat itu, Kent langsung menahan pergerakan sang anak.

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang