Alesya menatap nanar sebuah benda kecil yang ia letakan di sampingnya. Ia menatap wajahnya di cermin, oke, sebentar lagi air mata sialan itu pasti akan keluar. Sebelum itu benar – benar terjadi, Alesya membuka kran wastafel dan mencuci tangannya juga wajahnya. Selalu seperti ini.
"Alesya?" Panggilan itu membuat Alesya mengumpat dalam hati. Ia lupa mengunci pintunya, dan Kent pasti akan masuk menghampirinya.
Benar saja, pria itu menghampirinya dan menatapnya dengan heran. Ekor matanya menangkap benda yang ada di sampingnya itu. Lalu menghela napas pelan. Ia kembali menatap sang istri yang takut – takut menatapnya.
Kent membalikkan tubuh Alesya untuk menatapnya. Alesya hanya menunduk seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah oleh orangtuanya. Tubuh Kent terlihat menjulang dan membuat Alesya semakin ciut. Ditambah mata elangnya yang menatapnya dengan tajam.
"Alesya." Nada suara Kent berubah tegas. Ia memegang kedua pundak Alesya dan membuat Alesya mendongak.
"Aku hanya—"
"Kau hanya mencobanya, iya, aku tahu itu," ucap Kent dengan tegas. Alesya kembali bungkam, Kent membuatnya takut karena aura mengintimidasinya begitu menguar.
Kent menghela napas lagi.
"Alesya, aku sudah melarangmu mencobanya terus – menerus dan menyakiti dirimu. Ini memang belum waktu kita," ucap Kent dengan lembut. Tangannya beralih untuk mendekap wanita itu dan mengelus rambutnya.
Alesya menggeleng. "Ini sudah satu tahun Kent, pernikahan kita akan menginjak satu tahun dan aku belum mengandung juga," isaknya dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Kent.
"Aku takut," cicitnya yang membuat Kent mendekapnya semakin erat.
"Bersabarlah, sweetheart."
Alesya mendongak dan menatap sang suami dengan mata berair.
"Kau menginginkannya?" tanya Alesya yang dijawab anggukan oleh Kent, "sangat."
Alesya kembali menunduk. Ia merasa bersalah.
"Tapi jika aku harus memilih. Memiliki anak tapi tidak hidup denganmu lagi atau hidup bersamamu tanpa memiliki anak. Aku akan memilih yang kedua. Alesya, aku rela hidup berdua denganmu tanpa anak sekalipun, karena kau sangat berarti untukku—aku tidak mau kehilanganmu."
Alesya kembali menatap Kent. Ia tidak percaya dan berusaha mencari kebohongan di mata Kent. Tidak, ia tidak menemukannya. Jadi.. Kent serius dengan omongannya?
Kent mencium kening Alesya dengan dalam seolah ciuman itulah jawaban dari pertanyaan Alesya.
"Ingat perkataanku, God has perfect timing, oke, Ale?"
Alesya mengangguk.
***
Sudah tiga minggu semenjak kejadian dimana Alesya ketahuan kembali menggunakan test pack dan membuat kesehatannya menurun karena terus kepikiran mengapa dirinya belum mengandung juga. Kent cukup khawatir dengan keadaan istrinya, ia juga menginginkan kehadiran seorang anak. Sangat. Tapi ia tidak ingin terburu – buru, ia hanya ingin menikmati setiap waktu yang ia lewati bersama Alesya.
Kent sudah bersiap untuk berangkat kerja begitu melihat Alesya terbangun dari tidurnya. Akhir – akhir ini, Alesya memang selalu bangun siang, dan Kent tidak mempermasalahkan itu. Kent tidak meminta istrinya untuk melayaninya layaknya seorang raja. Harus bangun pagi hanya untuk menyiapkan sarapannya, harus menyiapkan bajunya, air hangat untuknya mandi, atau hal lain yang membuat Kent meringis jika ada wanita yang melakukan itu semua untuk suaminya.
Baginya, cukup Alesya berada di sisinya dan saling mencintai satu sama lain—itu sudah lebih dari cukup. Jika Alesya terlambat bangun, ia bisa menyiapkan sarapannya sendiri, menyiapkan keperluannya sendiri. Karena ia menikahi Alesya untuk melindungi dan mencintai wanita itu, bukan memperlakukannya sebagai pembantu walau dengan label 'istri yang mengabdi pada suami'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You [SUDAH TERBIT]
Romance-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingkan kamu? sakit? dendam? benci? semua itu aku rasakan selama 21 tahun hidupku. Jika kalian bertanya a...
![Stand By You [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/124230685-64-k295266.jpg)