pertandingan

37 3 0
                                    


***

Waktu pertandingan sudah semakin dekat. Arini dengan giat selalu berlatih, begitupun andra yang mengejar nilai nilainya yang cukup buruk.

"semangat...semangat... "suara pelatih yang terus memberi motivasi kepada mereka berdua berhasil terlihat keduanya tampak kompak, kini arini tak merasakan takut lagi,sebaliknya ia merasa nyaman itu semua berkat kerja kerasnya dan juga dukungan dari andra.

Lama mereka berlatih membuatnya cukup kelelahan
Arini merentangkan kedua tangannya sambil tertidur menatap langit langit gedung mewah itu.

"cape? "tanya andra memberikan sebotol minuman mineral.

Arini menoleh seketika senyum itu terbit dari sudut bibirnya membentuk lesung pipi yang membuatnya semakin cantik.

"sedikit, tapi aku harus tetap bersemangat, agar bisa memenangkan pertandingan itu."ujarnya mengalihkan pandangannya kepada botol minuman yang sedang ia genggam.

"aku menyukai semangatmu"ujar andra terus menatap arini.

"demi dia, aku tak ingin kehilangannya"ujar arini mengikis senyum cantik itu digantikan dengan raut wajah yang sedih.

"berjuanglah, aku tak ingin orang yang aku cintai menangis karena kehilangan kakaknya"ujar andra membelai rambut basah arini.

Arini tersenyum kembali menatap andra.

"terimakasih"ujarnya tulus.

***
Waktu beraganti kini sang bintang dan rembulanlah yang menerangi langit mengantikan sang surya.

Andra masih sibuk dengan kertas yang sedang ia pandang lekat, sedangkan arini sedang mengoceh menjelaskan beberapa rumus yang sangat sulit di mengerti oleh andra.

"tidak bisakan rumus ini di permudah?"tanya andra memelas.

Arini menghela napas lelah.

"maksudmu, dengan menyontek?tanya arini kesal.

Andra menunjukan deretan gigi putihnya

"jangan curang, aku tidak mengajarimu itu"ujar arini melotot.

Andra terkekeh

"iya baiklah baiklah ibu guru galak"ujar andra mencubit pipi mulus arini.

Arini merona, ia segera memalingkan wajahnya

"ya sudah kerjakan lagi"ujarnya menahan senyum.

Andra kembali berkutat dengan soal soal matematika yang menyulitkan.
Hingga iya yang masih kebingungan dengam jawabanya tertidur, sedangkan arini asik dengan buku tebalnya.

Mendengar tak ada suara sama sekali arini menoleh, dan melihat andra yang sedang tertidur pulas
Senyum itu terlihat lagi.

"terimakasih telah mencintaiku, menjagaku, dan membuat rasa takutku hilang, terimakasih karena tak pernah menyerah, karenamu aku jadi lebih kuat. Berjuanglah... Berjuanglah untuk kita, walau aku tau itu sulit, aku mencintaimu"ujar arini lirih

Arini memasang alarm di handphone andra dan menulis di memo milik andra.
Kini arini melangkah meninggalkan andra sediri yang masih tertidur.

"selasaikan tugasmu, aku kembali ke kamar duluan. Arini"

***

Agus dengan seringaian iblisnya menatap foto seorang anak laki laki sedang tersenyum lebarnya.

"masuk"ujarnya saat mendengar pintu di ketuk.

"pak tamu anda telah datang"ujar sekretarisnya.

Andra dan AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang