Vommentnya dong guys:*
.
Jimin masih sibuk cari buku. Sekarang dia nyari novel. Kepala gue rasanya pusing. Penglihatan gue rada gelap.
"Jimin..."
"Iya Chinta?" Jimin balik badan hadap gue.
"Gue kayaknya mau pingsan deh. Kepala gue serasa keputar."
"Chinta... lo kenapa?"
Gue jongkok gitu dan gak lama gue gak tau lagi apa yang terjadi.
♡♡♡
Gue buka mata. Gue sekarang ada di mobil Jimin. Jimin manggil gue dengan muka yang khawatir banget.
"Chinta. Lo kenapa?" tanya Jimin khawatir.
"Gak tau Jim. Tiba-tiba gue pusing. Lo yang ngebawa gue kesini?"
"Iya dibantu juga tadi."
Gue ngangguk.
"Kok bisa pingsan? Lo belum makan? Ini makan dulu," kata Jimin terus ngasih gue burger.
"Gue tadi makan kok."
"Iya tapi ini makan aja. Nggak boleh nolak. Lo kecapean ya?"
"Gak tau Jim. Mungkin kali ya," kata gue terus gigit burgernya.
"Sekarang pulang ya," kata Jimin. Dia udah nyalain mesin mobilnya.
"Chinta maafin gue ya," sambung dia.
"Maaf kenapa? Emang lo ada salah?"
"Kan lo jadi pingsan gara-gara gue ajak jalan."
"Nggak kok Jim. Gue gak apa-apa." Gue senyum ke Jimin.
"Besok gak usah ke sekolah dulu."
"Nanti adanya gue ketinggalan pelajaran."
"Sehari doang Chinta. Biar lo istirahat."
"Jim... kita kan udah kelas dua belas. Harus rajin datang dong."
"Yaudah kalau gitu kita berangkat bareng besok."
"Nggak Jim. Yang ada gue jadi ngerepotin lo lagi."
"Chinta, gak papa kok lo ngerepotin gue."
"Hm..."
"Mau kan? Intinya besok gue jemput lo ya."
"Iya Jimin."
"Gue gak mau ada penolakan. Ditolak itu gak enak."
Gue malah ketawa.
"Emang lo pernah ditolak?"
"Nggak sih. Tapi gue takut ditolak."
"Ngomong-ngomong jangan tanya mama gue ya kalau gue tadi pingsan."
"Kenapa?"
"Nanti gue malah disuruh istirahat di rumah."
"Kan bagus."
"Jimin ih."
"Haha iya deh."
Gak kerasa udah sampai di rumah gue. Jimin ngebukain pintu buat gue lagi. Padahal gue bilang gak usah.
"Eh udah pulang? Kok cepet?" tanya Mama pas kita udah di depan pintu.
"Kan bukunya udah ketemu Ma."
"Iya Tante. Nanti juga kalau lama banget, Chinta nya bisa kecapean kan."
"Hm, kalau gitu Jimin makan dulu ya. Ayo masuk," ajak mama.
"Tapi Tan--"
"Ayo gak ada tapi-tapian."
Jimin natap gue.
"Udah masuk aja Jim. Ditolak kan nggak enak," gue ngulang kata-kata yang tadi diucapin Jimin.
Jimin nyegir gak karuan dan akhirnya dia ikut masuk.
"Jim, lo ikut dulu aja apa yang Mama gue bilang. Gue ke kamar sebentar ya," kata gue ke Jimin dan langsung ke kamar.
♡♡♡
Gue kembali ke ruang makan dan pastinya disana ada Jimin sama Mama Papa gue.
"Chinta kok ganti baju? Bajunya rumahan banget. Kan ada cowonya dateng," kata Mama.
"Ma..."
"Gak papa kok Tan. Dia juga cantik kok."
"Oh jadi Jimin ini pacar kamu ya?" tanya papa gue.
"Temen Pa."
"Beneran?"
"Iya kan Jimin?"
"Eh... iya temen."
"Nah kan."
"Oh iya Chinta temen kamu yang cowo itu yang dua orang gak pernah kesini lagi?" tanya Papa.
"Jungkook sama Taehyung," kata mama.
"Kan biasanya main kesini kalau kerja kelompok doang."
"Tapi Jimin gak ada kerja kelompok juga kesini. Pasti ada sesuatu kan," goda mama.
"Ma... nggak kok. Kalau pacaran juga bakal bilang."
"Haha iya. Makan dulu. Jimin makan ya, yang banyak. Gak usah malu-malu," kata mama lagi.
"Iya tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Boyfriend [Park Jimin]✓
Fanfiction[COMPLETED]Gue kira hubungan gue sama Jimin sebatas friendzone aja. Tau-taunya lebih. Started : 100418 End : 080419 2018, chintabangtan cover inspired by @suvinism