Ini lagi mau upacara. Gue telat. Jadinya dapat barisan agak belakang. Karena di depan terlalu sempit. Jadinya pada mundur semua.
Gue jelas ikut mundur. Sampai gue nabrak seseorang.
"Aduh."
Gue balik menghadap dia.
"JIMIN!!! Kenapa lo ada di belakang gue sih?!"
"Kok yang marah lo sih? Harusnya kan gue," kata Jimin.
"Tapi kan coba kalau lo gak ada disitu. Pasti kan gak ketabrak juga."
"Lo minta maaf ke gue sekarang Chinta," kata Jimin.
"Hah? Nggak-nggak. Gue kan gak salah."
"Lo udah nabrak gue."
"Itu kan tadi gue disuruh mundur juga. Gue gak tau lo ada di belakang."
Jungkook datang hampirin gue berdua. Jungkook ngos-ngosan gitu. Mungkin dia lari karena takut dihukum.
"Oi. Lo berdua kenapa berantem sih?" tanya Jungkook.
"Jungkook, lo habis lari-lari?" tanya gue balik.
"Iya nih Chinta. Untungnya tadi pagar belum ketutup."
Jimin nyuruh gue lihat mukanya.
"Chinta... jangan lupa. Lo harus minta maaf ke gue," kata Jimin.
"Chinta emang apain lo, Jim?" tanya Jungkook lagi.
"Dia nabrak gue terus malah dia yang marah."
"Kook, gini. Gue gak sengaja. Kan gue tadi disuruh mundur eh tau-taunya Jimin ada di belakang gue. Jadinya kan ketabrak."
"Jadi lo berdua mau apa dong? Yaudah minta maaf aja masing-masing," kata Jungkook.
"Gak," kata gue sama Jimin.
Jungkook gelengin kepala, "Kalau gak ada yang mau minta maaf, yaudah. Eh Chinta, prakarya kita sekelompok kan?"
Gue ngangguk, "Iya. Emang kenapa?"
"Mau mastiin aja. Lo Jim, sekelompok sama siapa?"
"Lupa gue," kata Jimin.
"Lo sekelompok Hani sama Yura," kata gue.
"Kok lo tau?"
"Apa sih yang gue gak tau."
"Mulai songong nih," cibir Jimin.
"Sekarang lo berdua diam. Tuh upacara udah dimulai," kata Jungkook.
♡♡♡
"Chinta, kerja kelompok prakarya kapan?" tanya Sindy. "Kita sama Jungkook kan?"
"Iya. Gak tau gue kapan. Coba lo tanyain ke Jungkook."
"Jungkook udah ke kantin duluan."
"Eh udah keluar main ya? Kantin yuk. Lapar gue," ajak gue.
"Ayo."
.
Kantin lagi rame banget. Jadinya gue sama Sindy beli pop mie buat dimakan di kelas.
Pas balik dari kantin gue cerita-cerita sama Sindy.
"Chin, masa gue semalam mimpi horor sih," kata Sindy.
"Gak berdoa ya lo? Makanya mimpi."
"Gak tau sih. Gue lupa."
"Emang lo mimpi apa?"
"Mimpi setan. Mana seram banget."
Tiba-tiba ada suara cowok.
"Emang yah cewek. Jalan pulang dari kantin aja ngegosip."
Gue langsung balik badan buat ngelihat siapa orang itu. Dan ternyata Jimin. Pas gue balik badan buat lihat Jimin, dia malah senyum ke gue.
Gue langsung balik badan ke depan lagi.
"Sindy, temen lo yang disamping lagi marah ya sama gue?" tanya Jimin ke Sindy.
Sindy malah ketawa kecil terus ngebisik, "Chin, emang lo lagi marahan ya sama Jimin?"
"Nggak. Dasar Jimin. Seenak mulutnya aja ngomong."
"Gue masih bisa denger Chinta."
"Jimin... please. Jangan ganggu gue kayak gitu ah."
"Emang lo maunya yang kayak gimana Chinta?"
"Gak tau ah Jim."
Gue narik tangan Sindy biar bisa lebih cepat jalannya. Dan gue ngerasa Jimin juga jadi lebih cepat jalannya. Pas gue masuk kelas, Jimin lari gitu terus malah duduk di tempat gue.
"Jim, awas... gue mau duduk," kata gue sambil taruh pop mienya di atas meja.
"Gak mau."
"Jimin, gue mau makan," kata gue lagi.
Jimin ngegelengin kepala.
"Yaudah gue duduk di belakang aja," kata gue terus udah mau ngambil mienya lagi eh ditahan sama Jimin.
"Mau duduk disini?" tanya dia.
"Iya."
"Bilang dulu Jimin yang ganteng dan baik, pindah dong, gue mau duduk disini," kata Jimin.
"Hmm."
"Gak mau? Ya udah, gue disini ya Sin sampai pulang."
"Jim, pindah aja kali. Gak kasihan tuh lihat mukanya Chinta. Dijauhin baru tau rasa lo."
"Eh." Jimin langsung berdiri dari tempat duduk gue.
"Nih duduk aja. Jangan marah sama gue ya."
"Ya," jawab gue singkat dan langsung duduk di bangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Boyfriend [Park Jimin]✓
Fanfiction[COMPLETED]Gue kira hubungan gue sama Jimin sebatas friendzone aja. Tau-taunya lebih. Started : 100418 End : 080419 2018, chintabangtan cover inspired by @suvinism