24

2.3K 181 1
                                    

Gak tau kenapa. Mood gue hari ini jelek banget. Mana Jimin sama Taehyung suka banget usil. Dan tambah buat mood gue makin jelek.

Sekarang gue lagi nidurin kepala di meja. Ada aja yang manggil.

"Chinta, pas pulang lo dipanggil ke ruang guru sama wali kelas," kata Hani.

"Oke thanks ya infonya."

Gue kembali nenggelemin kepala di meja. Sindy lagi ke kantin. Tadinya dia ngajak gue tapi guenya malas. Jadinya dia pergi sama Ara.

Tiba-tiba Jimin main duduk aja di bangkunya Sindy.

"Chinta."

"Apa?" tanya gue tapi masih tidurin kepala di meja.

"Hari ini lo marah-marah mulu. Gue ikut kena marahnya."

"Karena lo ngeselin Jimin."

"Biasanya kan gue juga ganggu, lo biasa-biasa aja."

"Mood gue lagi jelek."

"Karena?"

"Gak tau."

"Lagi dapat ya lo?"

"Nggak. Mungkin baru mau."

"Oh... kalau gitu gue minta maaf."

"Maaf kenapa? Lo kan gak salah."

"Buat yang tadi pagi sekalian karena gue udah ngeselin."

"Gak perlu minta maaf juga kali. Lo hobinya minta maaf yah."

"Hehe." Jiminnya nyengir kuda.

Jimin masih duduk di bangku Sindy. Dia sekarang mainin hpnya. Gak lama, Sindy balik dari kantin.

"Awas lo Jim. Gue mau duduk," kata Sindy.

"Pinjam bentar Sin. Gue mau ngobrol sama Chinta."

"Jim... eh gapapa deh. Lo ngobrol aja sama cewek lo. Gue gak bakal ganggu kok," kata Sindy.

"Sindy!!!"

Sindy udah kabur aja ke bangku Ara.

"Chinta, jalan yuk," ajak Jimin.

"Kapan? Banyak tugas Jimin. Males gue."

"Tugas mah dipikirinnya belakangan aja."

"Heh. Kalau udah dihukum baru tau rasa lo."

"Gue kan gak pernah dihukum," jawab Jimin dengan entengnya.

"Jangan bilang gitu Jim. Kali aja habis ini lo dihukum."

"Ya jangan doain gue dong. Oh iya, lo dicariin Jihoon."

"Jihoon kangenin gue balik nih," kata gue percaya diri.

"Gak tau. Katanya kenapa lo nggak pernah ke rumah lagi."

"Lagian ngapain gue ke rumah lo. Kan gak ada kerja kelompok yang sama lagi."

"Kan main ke rumah gue bisa."

"Masa gue main mulu ke rumah lo, Jim!?"

"Emang kenapa? Gak ada masalah juga."

"Jimin..."

"Eh Hani mana deh?" tanya Jimin.

"Tadi dia ke bangku gue. Kayaknya lagi ngerjain tugas."

"Rajin banget tuh anak. Pintar lagi," Jimin puji Hani.

"Iya ya. Idaman banget kan?"

"Iya," kata Jimin.

Firasat gue, Jimin suka sama Hani deh.

"Kok lo gak pdkt sama dia?" tanya gue.

"Buat apa?"

"Ya biar lebih deket kan."

"Kan gue udah deket sama dia."

"Oh gitu ya."

"Sama lo juga kan."

"Hah? Emang kita deket?"

"Yaiyalah. Kita kan sering chat, pulang bareng, duduk bareng kayak gini."

"Oh," gue cuman jawab oh doang.

"Chinta pulang bareng ya."

"Nantinya lo dikira supir gue. Mau gak lo?"

"Haha. Nggak lah. Orang-orang pasti ngiranya gue pacar elu."

"Oh gitu yah. Siapa coba?"

"Gak tau. Jadi mau gak nih?"

"Lo emang mau nganterin gue?"

"Ini anak, dasar. Gue kan ngajak lo pulang bareng berarti ya gue mau nganter lo pulang."

"Hehe. Oke deh."

"Gue takutnya lo pingsan lagi."

"Yang waktu itu karena gue emang lagi kecapean kali. Sekarang kan udah nggak."

"Kali aja lo masih kecapean sampe sekarang."

"Udah nggak kok Jim. Oh iya, kalau kita bareng pulang berarti lo harus nungguin gue dulu. Gue mau ke ruang guru."

"Nunggu lo berapa lama pun gue mau kok Chinta."

"Hm... mulai deh lo alaynya."

Jimin malah senyum-senyum gak jelas.










Jimin malah senyum-senyum gak jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unexpected Boyfriend [Park Jimin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang