Unexpected Boyfriend [Park Jimin]✓

45

Senin

Gue lagi jalan ke kantin. Hari ini Sindy gak masuk. Dia izin, katanya ada acara keluarga.

Gue ke kantin bareng Jimin. Pas habis turun tangga, eh berpapasan Jungwoo.

"Eh kak Chinta, kak Jimin," kata dia.

"Eh Jungwoo, kemarin lo ngasih coklat ke Chinta ya?" tanya Jimin langsung.

"Iya."

"Dalam rangka apa?" tanya Jimin lagi.

"Kemarin bagi-bagi coklat."

"Masa sih? Lo pasti suka sama Chinta kan?" tanya Jimin terus ngerangkul gue.

"Eh it--"

"Sorry ya, Chinta itu pacar gue. Kalau lo suka dia gak papa, tapi jangan sampai lo mikir buat dapetin dia," kata Jimin. Dia ngomong gitu dengan tenang sih. Gue cuman nyimak.

"Oh kak Chinta pacar lo ya kak? Gue gak tau, kalau gitu jagain pacarnya ya. Kali aja jatuh cinta sama gue, duluan ya kak," kata Jungwoo dan habis itu dia jalan aja.

Jimin mukanya udah gak enak.

"Kamu jangan sampe jatuh cinta sama dia ya," kata Jimin.

"Emangnya kenapa?"

"Kalau kamu sama dia, aku sama siapa?"

"Sama aku juga."

"Maksudnya kamu selingkuh?"

"Ya nggak lah Jimin... ayo deh ke kantin udah lapar. Gak usah mikirin yang tadi ya," kata gue.

"Gimana gak kepikiran. Kalau beneran gimana?"

"Nggak kok Jim. Percaya aja sama aku. Okay?"

"Oke."

"Nah gitu dong. Ayo senyum. Kan kalau senyum kelihatan ganteng."

"Iya dong, aku emang ganteng kan?"

"Kalau kamu gitu gak jadi ganteng deh," kata gue terus jalan duluan.

"Yah kok gitu sih?!"

♡♡♡

"Jim, pas pulang sekolah, boleh minta tolong gak?" tanya gue ke Jimin.

"Iya dong. Minta tolong apa?"

"Anterin aku ke toko buku ya???"

"Oh oke. Eh tapi kamu hari ini capek gak? Nanti kayak waktu itu lagi," kata Jimin.

"Nggak kok. Aku sehat nih."

"Iya-iya," kata dia sambil nepuk pelan kepala gue.

"Yeayy."

.

Dan sesuai janji Jimin, sekarang gue sama dia udah ada di toko buku. Gue sibuk nyari novel.

Pas udah ketemu, Jimin malah sibuk baca.

"Ceritanya bagus?" tanya gue.

"Bagus tapi aku gak suka," jawab Jimin.

"Kenapa gak suka?"

"Soalnya aku suka kamu," kata Jimin sambil nyolek dagu gue. "Udah ketemu bukunya?"

"Bisa aja ya. Iya udah nih," kata gue sambil lihatin Jimin buku yang gue beli.

Habis itu kita jalan ke kasir, eh gue gak sengaja lihat Rose. Rose itu mantan Jimin.

"Eh Jim, itu kayaknya Rose ya?" bisik gue ke Jimin.

"Iya. Kenapa?"

"Gak mau disapa?"

"Ngapain nyapa segala?" Jimin malah nanya balik.

"Ya gak papa. Dia kan mantan kamu, gak salah kan nyapa doang."

"Gak usah deh, Chin."

"Yaud--"

"Eh hai Jimin," sapa Rose duluan. "Hai Chinta?"

"Eh iya gue Chinta, hai juga," kata gue.

"Kalian habis ini mau kemana?" tanya Rose.

Gue nunggu Jimin jawab tapi dia gak buka mulut, akhirnya gue yang jawab.

"Makan, maybe."

"Em itu gue boleh gabung bareng kalian gak? Habis ini gue juga pengen makan, tapi gak enak kalau sendirian," kata Rose.

Gue lihatin ke Jimin dulu. Dia masang ekspresinya datar banget, gue gak bisa nebak dong.

"Iya boleh kok," kata gue.

"Beneran? Makasih ya."

Habis itu gue sama Jimin dan dia jalan ke tempat makan.

.

Sumpah.

Gue nyesel udah ngebolehin Rose gabung bareng gue sama Jimin.

Gimana gak nyesel, dia ngajakin Jimin ngobrol mulu. Padahal Jimin juga jawabnya iya iya aja. Gue baru aja mau ngomong, satu kata pun belum sempet keluar eh dia udah berpuluh kata.

Jadinya gue main hp aja.

"Sayang, kamu gak papa?" bisik Jimi. Tapi, gue yakin kalau Rose masih bisa denger.

"Iya gak papa," bales gue sambil bisik-bisik juga.

"Beneran? Yaudah kalau gitu makan ya," kata Jimin lagi.

"Eh kayaknya gue disini cuma ganggu ya? Kalau gitu gue pindah aja deh," kata Rose.

"Gak usah, lagian juga makanannya udah dateng. Disini aja," kata gue.

"Udah itu makan aja," kata Jimin karena dia ngelihat Rose belum makan juga.

Ini cerita kayaknya gaada konflik ya? Wkwkw. Bawa santai aja hehe