Aku nggak sabar menunggu berlalunya waktu. Dengan usaha yang cukup keras aku menutupi perasaan. Padahal dalam hati aku berharap waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.
Focus, come on, Fran, focus! perintahku pada diri sendiri.
Saat itu kulirik jam dinding untuk yang kesekian kalinya sudah menunjuk ke angka 11.45. Lima belas menit lagi.
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Aku bahkan rasanya bisa mendengar detaknya begitu jelas. Perlahan namun pasti, jarum jam akhirnya menunjuk angka ke 12 tepat. Aku langsung membubarkan kelas dengan perasaan lega.
Segera kubereskan barang-barangku dan menyusul anak didikku yang hari ini hanya berjumlah sebelas orang itu. Karena normalnya jumlah muridku adalah lima belas orang.
Kuletakkan barangku di ruang guru, mejaku pastinya lalu segera melesat ke musala untuk melapor ke Sang Khalik.
Kalau yang ini mah kudu sabar dan khusyuk. Empat rakaat tuntas dan lanjut dengan doa. Begitu selesai kulihat cowok tinggi cakep masuk musala.
"Sholat dulu ye?" katanya padaku.
"Ok." Aku mengangguk.
"Nih kalau mau tunggu di mobil." Cowok itu melempar kunci padaku.
Meleset. Jatuh di dekat kakiku dengan bunyi gemerincing karena aku memang nggak pernah bisa menangkap lemparan seperti itu hahaha ...
Aku pun menyimpan mukena musala dan segera keluar menuju ruang guru untuk mengambil tasku. Basa-basi sedikit dengan beberapa rekan lalu cabut. Cuuus!
Kubuka pintu mobil dan dengan leganya kuletakkan pantatku di jok depan. Kututup pintunya lalu pasang sabuk pengaman.
Sekitar sepuluh menit kemudian cowok cakep nan tinggi tadi menyusul masuk dan tanpa basa-basi minta kunci mobil lalu menstarternya dan kami pun meninggalkan tempat parkir gedung les bahasa asing tempatku bekerja.
"Semoga nggak macet," gumamku. "Eh, Shid," bukan shit! hehehe ... karena namanya Rashid, sahabatku si cowok tinggi nan cakep itu.
"Apa?"
"Seneng ya akhirnya Mbak Tika pulang? Cieee ... " godaku.
"Apa sih!"
"Diiih ... pake malu-malu segala. Basi tau!"
"Yeee! Ngomong nggak disaring!" ujarnya sok nggak peduli tapi wajahnya berkata lain. Blushing hahaha ...
"Entar kita pulang jemput Mbak Tika, mampir makan dulu ye?" pintaku.
Rashid yang tahu aku paling nggak bisa telat makan mengangguk.
"Hmm ... kangennya ... " gumamku.
"Ya lagian ngapain sih si Tika lama-lama di Amerika?" dumel Rashid nggak jelas.
Mendengar itu aku langsung ngakak. "Suka-suka dia dong. Eh, kamu sampai mana sama Mbak Tika?"
"Apa sih, Frannie kepo?!" ejeknya sambil menjulurkan lidah.
"Eeeh ... awas lu ye, nggak ce es sama gue, gue aduin ke Pakde biar ditolak!" dengkusku sambil mukul lengannya.
"Eh, jangan gitu dong. Tukang ngadu nih Frannie. Kita kan ce es," sahut Rashid agak panik.
"Bodo!"
"Frannie ... Frannie cantik ... " rayu Rashid so sweet hahaha ...
"Emang cantik yeee ... " Aku pura-pura ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
General FictionCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...