2. Ma Famille

9.9K 753 72
                                    

Assalamu'alaikum, holaaa

Yang pembaca baru mana nih?

Yang penghuni lama mana nih?

Mau tanya dong, apa yang bikin kalian suka sama Frannie-Rashad?

Nemu cerita ini di mana?

Soalnya ini cerita militer pertamaku 2018 lalu. Nggak sangka ternyata responnya baik sekali, terima kasih buat kawan-kawan yang sudah mengikuti kisah ini dari awal terbit di Wattpad hingga ke cerita-cerita keluarga Rashad yang lain juga cerita-ceritaku yang lain 🙏🏽

🍦🍦🍦

Mbak Tika pulang. Mas Damai yang nggak ada. Kalau ada, lengkap sudah kegembiraan ini. Rumah bakalan lebih ramai dan meriah sama kekonyolan keluargaku.

Keluargaku? Yap. Termasuk Pakde Arman, seorang anggota TNI-AD aktif berpangkat Letnan Kolonel yang disegani. Kadang kami dikenal dengan selera humor yang aneh. Kadang lucu. Sering garing juga. Itu bagi orang lain. Tapi bagi keluarga kami? ... weits, jangan ditanya oi. Kereeen buanget nget ngets. Maksa hihihi ...

Seperti kali ini, Pakde yang baru pulang kerja dan dapat seragam baru. Sampai rumah langsung dicoba dan dikasih lihat ke aku, Bude dan Mbak Tika, yang kebetulan sore ini sama-sama sudah ada di rumah dan sedang duduk santai di teras depan. Eh, kalau Bude sih ibu RT emang alias ibu rumah tangga. Bude kesibukannya cuma ngurus rumah dan kegiatan Persit.

"Eh, cewek-cewek, seragamnya pas? Oke? Aku sudah ganteng?" tanya Pakde sambil sesekali berputar kayak model lagi fitting baju.

Heleeeh ... kumat nih, Pakde!

Kami bertiga langsung mutar bola mata ke atas.

"Iya pas."

"Ganteng."

"Pokoke siplah."

Lah, sialnya, saat itu ada tentara muda berpangkat Pratu lewat di saat yang nggak tepat.

"Oi, no, no ... " bukan No dalam bahasa Inggris ya? Tapi No diucapkan seperti suku kata pertama dari kata Nota. Dan kata No yang entah artinya apa dan dapat dari bahasa mana itu sering dipakai untuk memanggil orang di luar jam dinas. Siapapun itu. Bahkan aku atau Mbak Tika juga kadang dipanggil 'No'.

Pratu tadi langsung berjalan mendekat dengan cepat, iyalah lha wong pakde manggil sambil ngawé atau melambaikan tangan ke arahnya.

Alamat nih alamat ... kalau bahasanya Iis Dahlia ... Alemong deh alemong ...

"Siap, Ndan!" ucapnya dalam posisi siap.

"Bajuku sudah pas belum? Bagus?" Kan? Sudah kuduga.

"Siap, ijin, pas dan bagus, Ndan!" jawabnya dengan sikap hormat.

Ya Allah, aku, Mbak Tika dan Bude cuma bisa nahan tawa.

Pakde manggut-manggut. "Ya sudah. Kamu boleh pergi."

"Siap, terima kasih, Ndan. Ijin kembali." Lalu Pratu tadi pun meninggalkan halaman rumah dan melanjutkan jalan ke tujuannya semula. Tentunya pamit juga kepada kami.

Lalu ...

Datanglah korban berikutnya ...

Seorang Serka yang lebih familier. Dia sedang lewat naik motor dengan sticker Tweety gede.

"Oi, no, no, no, sini!" panggil Pakde lagi.

Ya otomatis ngerem mendadak si Serka ini. Untung nggak ngebut. Kemudian putar baliklah ke arah rumah kami dan turun dari motornya tak lupa hormat. Tadi dia nggak bisa liat Pakde karena terhalang pohon.

CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang