Kami memutuskan makan di resto Cheng Ho yang berbentuk kapal khas negeri panda itu. Dan tentu saja full team. Keluargaku, si kembar dan Serka Samuel-Maria.
Untung ada meja kosong yang bisa nampung kami semua. Pakde-Bude dan Mbak Tika-Rashid satu deret sejajar. Sedang di depan mereka duduk aku, Rashid, Serka Samuel dan Maria. Dan kebanyakan kumpul-kumpul model gini suka ribut atau ribet pilih menu. Kami pun begitu hehehe ...
Maria masih tampak canggung tapi berusaha beradaptasi dengan kami. Aku? Sepanjang hari ini berusaha menenangkan jantungku. Mungkin sama dengan Maria. Canggung.
"Maria, santai saja. Keluarga kita memang begini," kata Mbak Tika sambil kami menunggu makanan kami. "Di antara prajurit Papa yang lain, Om Samuel termasuk yang dekat sama Papa. Lebih lama daripada Lettu Rashad yang memang baru pindah."
"Iya. Nak Maria nggak usah takut. Papa memang jahil terutama sama Om Samuel ini. Katanya nggak afdol kalau belum gangguin om Samuel," tambah Bude. "Dia juga sering kok nginap di rumah."
"Iya, Bu." Maria mengangguk.
Bude juga tanya-tanya tentang Maria. Dia penjahit baju rumahan yang hanya tinggal berdua dengan neneknya. Awalnya bertemu dengan Serka Samuel di area CFD dan akhirnya berkenalan. Malah untuk beberapa lama Maria nggak tahu kalau Serka Samuel itu tentara. Tingkahnya konyol dan jarang serius.
"Pakde, pulang nanti beli yogurt di tempat biasa ya?" pintaku.
"Iya," jawab Pakde lalu memandang Maria. "Sudah berapa lama kenal Samuel?" tanyanya biasa seperti seorang bapak yang penasaran dengan anaknya.
"Kenalnya sih sekitar setahun Pak eh Om ... eh ... " Maria bingung harus panggil apa.
"Panggil Om saja nggak apa-apa," saran pakde. "Sudah dimodusin berapa kali?"
"Ijin, maaf Komandan, tidak ada yang seperti itu," elak Serka Samuel.
"Eh apaan..." bantah Maria yang membuat kami semua tertawa termasuk Serka Samuel sendiri.
"No no ... kamu itu suka modus kok bilang enggak," olok Pakde.
"Siap salah," sahut Serka Samuel sambil cengengesan.
"Samuel, orang baik mudah pergi. Jangan buat macam-macam sama Maria," nasehat pakde. Lalu menatap Maria. "Sebagai prajurit dan laki-laki, Samuel adalah orang yang bertanggung jawab, sabar, setia dan penyayang."
Maria mengangguk.
"Om senang kalau Samuel akhirnya dekat dengan orang yang baik."
Maria tampak tersipu.
"Berarti selama ini enggak dong pakde?" tanyaku penasaran setengah usil.
"Iya. Tapi mungkin gara-gara suka kelihatan kurang serius jadi banyak yang salah paham. Sering dimodusin juga. Sering kena porotan juga," terang pakde yang langsung membuat wajah Serka Samuel memerah. "Duuuh no no kamu kok nggak kapok-kapok. Kemarin-kemarin itu gimana sih kamu liat ceweknya?"
"Siap salah. Maaf kok Bapak tahu?" tanyanya kaget.
Dahi pakde mengkerut nggak suka. "Apapun yang dilakukan anaknya, seorang Bapak pasti tahu."
Serka Samuel menunduk. "Siap salah." Suaranya melemah.
"Kadang aku jengkel kalau dengar sepak terjangmu seperti itu. Baru kali ini kamu bawa perempuan baik." Dari nada suaranya sepertinya pakde sudah cari tahu nih tentang Maria. Lalu memandang Maria. "Maria, mungkin gaya bicara saya dan Samuel formal. Tapi dia sudah seperti anak saya sendiri. Toh yang akan mengantarkan dia menikah juga saya. Saya akan senang sekali kalau kalian bisa bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
Fiksi UmumCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...