18. Perselisihan

7.6K 655 30
                                    

Hellooooo...ketemu lagi nih...

Ada yang kangen?

Enggak?

Kangen dooong...muehehehehe...

_________________________

Hari ini adalah hari pertamaku dalam kegiatan rutin ibu-ibu persit Kartika Chandra Kirana. Selain perkenalan anggota baru termasuk aku, juga kegiatan keorganisasian lain.

Awalnya sih agak canggung tapi untungnya aku sebagai anak seorang diplomat yang terbiasa dengan formalitas kegiatan di kantor Papa dan keponakan perwira, sedikit banyaknya menumbuhkan rasa percaya diriku. Mungkin yang agak sedikit merasa bagaimana itu ... mungkin canggung karena aku juga istri seorang Danton.

Oh ya, tentang seragam. Kalian pasti tahu seragam kebanggan kami ibu Persit. Dari atas sampai bawah sudah ditentukan sesuai aturan yang ada. Bahkan barang bawaan kami alias tas. Tas yang kami pakai juga seragam dengan model sederhana minimalis warna hitam. Di koperasi juga tersedia seandainya rusak. Kalau mau beli di luar minimal modelnya harus mirip. Bahkan kami juga dilarang mengenakan perhiasan. Istilahnya betul-betul from head to toe. Demi menghindari kesenjangan sosial dan sikap berlebih-lebihan.

Kegiatannya cukup padat dari pagi hingga siang tapi menyenangkan sejauh ini.

Saat acara selesai, kulihat Rashad sedang menungguku. Mau tak mau kami berdua pun ngobrol sejenak dengan ibu-ibu yang lain.

"Capek ya?" tanya Rashad saat kami berjalan menuju parkiran motor.

"Lumayan."

"Mau shalat dulu di sini atau nanti aja di rumah? Rencananya aku mau ajakin kamu makan siang."

"Di sini aja shalatnya. Aku bawa mukena kok."

"Ya udah, yuk kuantar. Aku tadi udah shalat duluan."

Aku mengangguk dan kami balik arah menuju masjid di kesatuan.

Rashad menunggu di teras masjid. Saat aku selesai shalat kulihat dia tengah ngobrol dengan Om Samuel yang sepertinya baru selesai kegiatan.

"Selamat siang, ibu Danton," sapanya sambil menghormat padaku.

Aku terkekeh dan membalas hormat juga. "Selamat siang. Serka Samuel sedang istirahat?"

"Siap, benar, Ibu," jawabnya tegas tapi matanya pecicilan.

"Aduh, sudah. Capek aku. Aa, ayoklah kita tinggalin orang ini. Aku takut," olokku.

"Waduh Ibu Frannie ini." Serka Samuel pura-pura cemberut.

Rashad tersenyum melihat kami lalu menepuk bahu Serka Samuel. "Kita duluan ya?"

"Siap. Silahkan, Danton." Serka Samuel kembali menghormat.

Kami pun berlalu sambil terkekeh.

"Mau makan di mana?" tanya Rashad sebelum memakai helmnya.

"Uhmm ... lontong kupang nggak apa?" tanyaku ragu.

Kening Rashad berkerut. "Nggak masalah sih. Eh, itu kan yang dulu kamu bilang ya? Tapi pas resepsi kita malah nggak sempat icip."

Aku mengangguk.

"Ya udah. Di mana?"

"Di jalan arah ke Juanda. Dekat Arhanud apa Angkatan Laut gitu."

"Oke. Kamu kasih tunjuk aja nanti," kata Rashad sambil naik ke atas motor.

Aku memakai helmku dan menyusul duduk di boncengannya. Kali ini duduk cantik karena pakai rok span. Yang namanya span walupun nggak ketat tetap aja kurang bebas.

CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang