Selama dalam perjalanan pulang aku diam saja dengan wajah masih memerah. Untung Mbak Tika dan Bang Rashid nggak banyak tanya. Mungkin memaklumiku yang sedang sakit.
Dari rumah ke bandara. Dari pesawat Jakarta-Surabaya. Dari bandara ke rumah. Aku diam dan membiarkan Rashad mengurus semuanya. Sakit menjadi alibiku. Bahkan dengan terpaksa kubiarkan dia mengandengku yang mana membuat wajahku semakin merah ini.
Tapi bukan. Bukan itu. Bukan karena aku sakit yang membuatku diam, melainkan kejadian tadi pagi akibat semalam.
Ketika kesadaranku kembali, kurasakan perasaan sangat nyaman. Tubuhku hangat. Nggak kedinginan lagi. Mungkin panasku sudah turun. Tapi saat ingin kugerakkan tubuhku...kok rasanya susah ya? Berat ih...Dan begitupun aku masih memejamkan mata rapat-rapat.
"Fran? Kamu sudah bangun?" Terdengar suara serak khas bangun tidur tapi kali ini kok sepertinya dekat ya? Daaan...seksi gitu. Kurasakan juga tangan kasar nan dingin dan nyaman di keningku. "Hmm...panasnya turun."
Apa dia terbangun gara-gara aku gerak-gerak terus ya? Usrek saja dari tadi. Eh, tapi kok sekarang lebih lega ya? Aku...bisa gerak.
"Hmm...waktunya subuh. Bisa bangun atau shalat sambil tidur aja?"
Demi mendengar subuh disebutkan, perlahan kubuka mataku...eh...
Aku melotot melihat Rashad yang sedekat ini denganku. Kok? Setelah pandanganku lebih fokus dan otakku sadar sepenuhnya, baru kusadari Rashad tengah memelukku walau sekarang sudah longgar tapi matanya menatapku menyelidik.
"Bisa bangun?" Dia melepas pelukannya termasuk kepalaku yang tadinya tidur di dadanya sekarang di letakkan dengan lembut di atas bantal. Eh, dada? Terus...kok AC mulai dingin ya? Tadi pas dipeluk hangat.
Eh, tunggu dulu...dipeluk?
Aku baru menyadari kalau kami menggunakan selimut yang sama dan pandanganku semakin menelusur ke bawah tepat saat Rashad duduk.
Aaaaargh!
Aku terhenyak dan terdiam membisu dengan wajah memerah menahan malu. Menjerit pun nggak sanggup saat mendapati ternyata celana piyamaku sudah berganti dengan celana pendek milik... Rashad!
Kok bisa?!
Spontan aku langsung menarik selimut sampai dagu. Dan aku langsung memejamkan mata saat kulihat dia beringsut turun dari kasur. Ternyata masih duduk di pinggir kasur.
"Fran? Shalatnya gimana?" tanyanya sabar dan cuek dengan posisi kami itu. Iiih...
"Eh? Ehmm..." Aku mencoba bangun, kepalaku juga terasa lumayan.
"Masih sakit?" Aku menggeleng. "Ya udah, sekarang bisa ke kamar mandi sendiri?" Aku mengangguk. Dia beranjak dari kasur.
Uuugh, badannya euy...membuatku khilaf. Aku langsung memejamkan mata karena nggak pernah terbiasa. Maluuu mamaaa...
"Kamu kenapa? Malu? Kan aku udah bilang, dibiasain," ujarnya dengan nada geli.
Iiih, nggak tahu malu banget siiih...
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
Genel KurguCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...