Maaf ya update kali ini agak lama, mohon maklum masih ngurusin ortu yang sakit. Jadi update-nya sesempatnya aku. Aku nulisnya cuma bisa nyicil per paragraf. Jadi kalau feel-nya kurang dapat...mohon maaf sekali 🙇🙇🙇
💋💋💋
Miss B
🔴⚪🔴⚪🔴⚪🔴⚪🔴⚪
Menjadi istri abdi negara harus banyak sabar. Namanya juga pengabdian dan dalam hal ini berarti nggak bisa selalu bersama dua puluh empat jam tujuh hari seminggu tiga puluh hari sebulan.
Sebesar apapun keinginanku untuk menikmati Ramadhan seperti masyarakat pada umumnya itu sulit. Waktu Rashad adalah milik negara, jadi bersamaku hanya jika negara mengizinkan dan memberinya istirahat sejenak. Tapi aku tahu, aku sudah memilih jalan ini, memilih dia yang nggak bebas memiliki waktunya sendiri sehingga aku nggak boleh mengeluh. Itu sungguh nggak patut.
Seharusnya justru aku bangga karena menjadi istri seorang abdi negara pada umumnya, TNI khususnya adalah orang yang terpilih. Nggak mudah untuk menjadi seorang ibu Persit. Apalagi menjadi seorang ibu Jalasenastri atau istri angkatan laut yang harus melaut sekian waktu. Dan kupikir menjadi ibu Pia Ardhya Garini alias istri angkatan udara juga pasti punya cerita sendiri.
Banyak sekali aturan yang harus dijalani demi menjaga kehormatan diri sendiri dan suami. Tapi selama menjalaninya bahagia, semua pasti terasa lebih ringan.
Dan Rashad? Aa suami tersayang? Dia tetap menjadi orang yang perhatian dan seperti berusaha sedikit lebih untuk lebih baik. Tapi secara umum sih Rashad adalah Rashad.
Lalu hubungan kami? Lebih baik. Atau paling nggak setingkat lebih maju. Hanya saja masih ada satu hal yang masih mengganjal dan sulit untuk hilang. Mungkin Rashad merasakannya, mungkin juga enggak. Seringnya dia sulit dibaca sih perasaannya.
Setiap dia menanyaiku apakah aku mau es krim atau jajanan lain, hatiku selalu seperti dicubit dan akhirnya mengingatkanku akan perselisihan kami malam itu.
Semacam trauma? Mungkin.
Tapi aku selalu menutupinya dengan banyak alasan lain. Aku nggak mau menyinggung perasaan suamiku bagaimanapun juga. Sekarang aku hanya ingin mensyukuri apa yang ada. Kedamaian di rumah kami.
Dan saat ini hari minggu, kebetulan Rashad libur. Kami sedang berada di toko furniture. Beberapa hari yang lalu dia bilang ingin beli meja makan karena sebentar lagi lebaran. Tamu-tamu boleh saja disilahkan duduk di karpet ruang tamu tapi bakalan kuwalahan kalau persiapan makanannya juga diletakkan di bawah. Aku yang awalnya kurang setuju karena takut belum ada rejeki tapi dipaksanya akhirnya setuju setelah dibujuk dan diberi pengertian beberapa kali.
Aku tahu gajinya berapa, jumlah tabungannya sebanyak apa. Tapi lebaran ini kan keluar duitnya juga biasanya banyak sedangkan kebutuhan jangka panjang nggak boleh dilupakan. Kupikir nanti saja pelan-pelan dan aku bisa ikutan nambahin.
"A, duit buat kurban nanti aman, kan?" tanyaku sambil melihat-lihat model yang kusuka dan sesuai budget.
"Siap, aman," jawabnya sambil tersenyum. "Besok ada kegiatan Persit?"
Aku mengangguk. Ya, bulan Ramadhan ini cukup banyak kegiatan persit. Selain pertemuan rutin, pelatihan membuat mukenah, kue kering untuk lebaran ada juga bazaar murah, takjil gratis, pengajian, buka bersama, macam-macam deh.
"Ya udah, besok kita makan di luar aja." Itu pernyataan bukan sekedar usulan. "Nah, kamu udah pilih yang mana?" tanyanya merujuk pada model meja makan yang membuatku tertarik.
Aku memilih satu set meja makan berbahan kayu dengan lima buah kursi yang semuanya terkesan modern sekaligus sederhana. Sengaja kupilih yang berkursi lima untuk jaga-jaga adanya kelebihan tamu. Harganya juga masih sesuai budget. Di bawah budget malah. Berkah toh?
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
General FictionCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...