Sekitar tiga hari kemudian setelah pergi setengah harian bersama Rashad, aku berangkat ke Paris. Liburan seminggu untuk menemui orangtuaku.
Di saat yang sama kudengar Rashad juga tugas luar kota. Ada latihan gabungan katanya.
Sudah setahun nggak ketemu Mama-Papa. Mas Darwin? Dua tahun. Mas Nova juga sekitar satu tahun setengah.Kenapa kami bisa berada di negara yang berbeda? Karena kedua kakak kandungku mengikuti jejak Papa, bergabung dalam korps diplomatik.
Itulah alasanku ikut Pakde di Indonesia. Padahal kalau logikaku mau jalan, sama aja diplomat dan tentara. Sama-sama bisa ditempatkan di mana saja kapan saja.
Mungkin alasanku waktu itu karena ada Mbak Tika dan Mas Damai yang rentang usia kami nggak jauh. Sedangkan dengan Mas Darwin aku beda empat tahun dan Mas Nova dua tahun.
Secara usia pernikahan, Mama memang menikah lebih dulu. Dan setelah Pakde menikah pun nggak langsung dikaruniai anak. Jadinya kedua kakakku jauh lebih tua.
Dan setelah perjalanan panjang, sampailah aku di Paris. Kiblat fashion dunia. Di bandara, Mama sendiri yang menjemputku.
"Mama, aku kangen," kataku sambil memeluk Mamaku erat.
"Mama juga." Mama balas memelukku erat. "Semua di Indonesia sehat?"
Aku mengangguk.
Kami saling melepas pelukan dan segera meninggalkan bandara. Karena weekday di working hour juga, Papa juga lagi kerja. Nggak apalah.
Bandara ke apartemen kami sangat jauh. Aku sampai ketiduran.
"Frannie baby, come on. Kita udah sampai." Kudengar Mama membangunkanku.
Perlahan kubuka mataku lalu menggeliat sebentar dan bangun. Keluar dari mobil mengikuti Mama. Bahkan koperku sudah dikeluarkan Mama juga.
"Nanti kamu bisa tidur lagi. Mama mau masak," kata Mama saat kami di dalam lift.
"Oke."
Pintu lift yang menuju lantai apartemen keluargaku terbuka. Aku dan Mama langsung keluar.
Di dalam apartemen, aku menuju kamar tamu tempatku biasa tidur setiap kali berkunjung. Setelah ganti baju dan cuci muka, aku pun rebahan dan tertidur.
Entah aku tidur berapa lama, tahu-tahu sudah jam makan siang dan semua siap ketika Mama membangunkanku.
Ini di negara orang. Tapi Mama masak makanan Indonesia kesukaanku. Sup makaroni dan perkedel. Mama memang yahud, si nomer satu tak terkalahkan deh.
"Love you, Mam," ucapku sambil duduk lalu mengambil nasi, sup dan perkedel.
"Love you too." Mama mengelus kepalaku lalu ikut duduk di sampingku. "Tadi Papa telpon tapi kamunya bobo," katanya sambil mengambil makan siangnya juga di piring.
"Oh." Ini bisa nambah deh. Seminggu di Paris beratku pasti naik.
Aku mulai makan ... hmm ... yummy!
"Apa kabar Rashid? Kartika jadi pulang?"
Huhuhu ... ingat Mbak Tika jadi sedih. Baru dia pulang ke Indonesia, sekarang kutinggal sebentar ke Perancis.
"Rashid baik. Titip salam tuh. Mungkin bentar lagi mau menikah."
"Wa'alaikumsalam. Menikah? Sama siapa?" tanya Mama antusias.
"Mbak Tika."
"Jadi dia beneran suka sama Kartika?"
"Iyalah, Ma. Dari jaman SMP. Mbak Tika juga." Saat ingat sesuatu aku jadi tertawa kecil. "Rashid takut keduluan gebetannya Mbak Tika yang juga balik ke Indonesia."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
Ficción GeneralCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...