13. The D-day

8.1K 665 19
                                    

Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba juga. Hari pernikahan kami. Aku dan Mbak Tika. Akad nikah diadakan di rumah dinas Pakde. Banyak opsi sebetulnya antara rumah, masjid di kesatuan atau masjid Agung. Tapi setelah berembuk akhirnya diputuskan di rumah saja. Mengurangi keribetan pengamanan. Maklum, Pakde Luqman termasuk petinggi di Polda Jatim.

Ya, Pakde si kembar seorang anggota Polri. Tapi jangan mengira Rashid masuk kepolisian karena ada pakdenya. Dia daftar malah diam-diam. Tanda tangan wali pun langsung minta papa Isa yang kebetulan mengunjunginya saat itu. Campur tangan Tuhan kan Rashid dimudahkan? Pakde Luqman baru tahu ketika Rashid lolos seleksi. Rashid secara akademik nyaris sempurna, anggota paskib Jatim (gagal lolos nasional), ban hitam karate, jago panahan (satu ekskul dengan mas Damai), anggota pramuka, hafal lima juz Al-qur'an. Patut dipertimbangkan untuk lolos akpol bukan?

Karenanya, walaupun masih akad nikah tapi tamu-tamu yang diundang juga banyak level perwira baik dari pihak kami maupun si kembar. Dan walaupun orangtuaku dan orang tua si kembar masyarakat sipil, tapi pekerjaan mereka masih di lingkaran pejabat di masing-masing lingkungan kerja. Nggak banyak sih yang diundang tapi level pengamanannya itu lho ...

Belum lagi keluarga sendiri, para bala kurawa yang nggak sedikit. Ribet dah!

Walaupun penuh keribetan aku bersyukur keluargaku ngumpul lengkap. Mama-Papa pastinya dan Mas Darwin juga Mas Nova. Mas Darwin dan Mas Nova rencananya di Indonesia empat hari. H-1 sebelum akad dan H+1 setelah resepsi Mbak Tika. Sedang Mama-Papa akan tinggal dari H-3 sebelum akad sampai hari resepsi Mbak Tika dan langsung balik dengan pesawat terakhir. Mereka baru kembali ke Indonesia H-2 sampai H+2
resepsiku.

Kini aku yang menunggu di kamar harap-harap cemas. Kulirik jam dinding di kamar. Sudah waktunya pembacaan ijab kabul Rashid dan Mbak Tika.

"Saudara Rashid Eka Aditya bin Muhammad Isa Aditya." Tiba-tiba terdengar suara lantang dan tegas Pakde. Aku langsung deg-degan.

"Saya," jawab Rashid nggak kalah tegas.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Kartika Cahya Btari binti Arman Kertoadji dengan mas kawin seperangkat alat shalat, uang sebesar satu juta enam ratus ribu rupiah dan emas lima gram sudah dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Kartika Cahya Btari binti Arman Kertoadji putri bapak untuk saya sendiri dengan mas kawin tersebut tunai." Terdengar balasan lantang dan tegas Rashid.

Alhamdulillah.

Dalam hati aku tersenyum. Jumlah uang mahar itu simbol perasaan mereka setelah enam belas tahun akhirnya bisa bersatu.

Tapi ... sekarang giliranku. Perasaanku campur aduk. Aku hanya bisa memeluk Mama yang kuminta menemaniku. Sebelah tanganku yang mendingin juga menggenggam erat tangan Putri.

Ya Allah beri segala kemudahan dan kelancaran, Ya Allah. Amiiin Ya Rabbal 'Alamiiin...

Setelah menunggu sejenak, doa dan tanda tangan berkas nikah yang artinya memanggil Mbak Tika keluar dari kamarnya, terdengar pengumuman giliran pengucapan ijab kabul untuk Rashad.

"Ma ... " bisikku.

Mama tak henti-hentinya mengusap-usapku sambil menenangkanku.

"Saudara Rashad Dwi Aditya bin Muhammad Isa Aditya!" Terdengar suara lantang Papa.

"Saya!" jawab Rashad tegas.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Francesca Melati binti Erlangga Wiratmadja dengan mas kawin seperangkat alat shalat, uang sebesar satu juta tujuh ratus delapan puluh empat ribu lima ratus rupiah dan emas lima gram sudah dibayar tunai."

CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang