Maaf ini update terlama akuu huhuhu...😭😭😭
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Allahu akbar
Allahu akbar
...Sayup-sayup kudengar suara adzan berkumandang. Saat ingin menggeliat, aku merasakan badanku berat. Yang tadinya masih memejamkan mata, kupaksa membuka untuk melihat apa yang terjadi.
Rasanya punggung dan perutku berat. Barulah saat aku melirik ke bawah, betapa kagetnya aku melihat sebuah tangan besar melingkari perutku.
Masa sih?
Seketika aku membalikkan badanku dan benar saja, aku mendapati wajah yang sudah lama, enam bulan tepatnya, nggak kutemui. Wajah yang pemiliknya membuatku uring-uringan terus. Agak kurus, berantakan, rambutnya juga lebih panjang dari biasanya tapi lebih dari itu juga tampak jelas gurat-gurat kelelahan dan kesedihan di sana.
"Hai..." sapa Rashad lirih dengan suara serak setelah membuka matanya perlahan. "Assalamu'alaikum. Aku pulang," ucapnya dengan masih memelukku.
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Rasanya masih belum connect. Beberapa saat barulah aku sadar. "Aa? Wa'alaikumussalam." Dan entah apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku ingin memeluknya juga tapi..."Hiks!"
Rashad terkekeh. "Udah, nggak apa-apa..."
"Huhuhu..."
Ini sudah dua bulan lebih sejak kepulanganku dari Paris. Yang artinya memang waktunya Rashad pulang dari Papua. Dan yang artinya kandunganku sudah memasuki bulan ke sembilan. Perutku bulat besar. Aku nggak bisa memeluknya.
"Sini biar aku aja yang pelukin," katanya masih terkekeh sambil mengusap air mataku.
Aku cemberut.
"Udah yuk, shalat dulu. Udah ashar, kan? Hem?" Rashad mencium kepalaku lalu mengusap-usap perutku. "Masya Allah..." suaranya terdengar bergetar karena la bébé sedang menendang-nendang. Aku nggak tahu apa ada hubungannya atau enggak, setiap Rashad menelepon entah mendengar suaranya atau enggak, gerakan la bébé lebih aktif. Apalagi sekarang. "Dia menyapaku, ya?"
Aku mengangguk.
"Makasih," bisiknya lirih. Dia terdiam sesaat dengan tangan masih di perutku, lalu menghela nafas dalam. "Shalat dulu yuk?" Dilepasnya tangannya dari perutku, bangkit dan membantuku bangun.
Dan sebelum membuka pintu kamar, Rashad memelukku lagi dari depan. Erat tapi sehati-hati mungkin.
"Aku nggak sabar memeluk kalian berdua. Memeluk dia dengan tanganku. Sekarang hanya bisa begini." Lalu dia terkekeh. "Aduh, baby nendang lagi. Ini senang papa udah pulang atau protes sama papa ya?"
"Protes sama Papa!" sahutku asal.
"Maaf." Menghela nafas lagi lalu melepas pelukannya. Mencium keningku sebentar. "Yuk, shalat dulu."
Keluar kamar, ternyata rumah lagi sepi.
"Semua ke mana?" tanyaku.
"Bude sambang bayi katanya. Mbak Tika di kamar mungkin."
Kami pun segera wudlu dan shalat ashar berjama'ah.
Usai shalat, seperti biasa kalau berjama'ah gini aku menyalim tangannya. Dan Rashad balas mencium keningku sambil berdoa. Hanya saja kali ini lebih lama dari biasanya. Dan samar-samar aku merasakan tubuh yang sedikit berguncang juga mendengar isak tangis lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
General FictionCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...