Setelah hampir dua minggu lebih melakukan bersih-bersih dan perbaikan, akhirnya rumah sebelah ditempati juga oleh Mbak Tika dan Bang Rashid.
Ada beberapa bagian direnovasi termasuk pintu dan jendela depan. Bukannya apa, gara-garanya ternyata kayu jendela dimakan rayap. Utuh nampak dari luar. Dapur dan lantai kamar mandi juga diganti.Aku betul-betul bersyukur penyewa rumah Rashad dulu nggak separah penyewa rumah Bang Rashid. Jorok sih enggak tapi nggak bisa merawat dan agak seenaknya memperlakukan rumah sewanya.
"Bayar lebih jadinya ya?" kataku pada Mbak Tika di hari mereka pindahan. Acaranya sih pagi tadi dan sekarang kami duduk santai di ruang keluarga mereka.
"Iya. Rugi bandaaarrrr!" gerutu Bang Rashid. "Orangnya sih baik dan jujur tapi aduuuh ..."
"Ya disyukuri aja lho kamu tahu sekarang. Nggak apa rugi yang penting rumah selamet. Daripada ketahuannya lama ... jadi apa rumah ini," sahut Mbak Tika menenangkan suaminya.
Rumah ini sekarang jadi beda dengan nuansa minimalis modern yang diusung Mbak Tika. Aku baru tahu ternyata diam-diam Mbakku itu bakat jadi designer interior. Rumahnya nyaman dan nggak berlebihan.
Mbak Tika dan Bang Rashid juga menolak bantuan baik berupa barang maupun uang dari keluarga untuk mengisi rumah mereka. Keduanya lebih memilih merogoh kocek sedikit lebih dalam dari kantong sendiri. Bedanya denganku dan Rashad, mereka membagi rata setiap pengeluaran untuk perbaikan dan pengisian barang-barang rumah.
Dan kalau kalian mengira karena Bang Rashid polisi jadi lebih kaya sehingga bisa melengkapi seisi rumah? Oh, ayolah. Kalian tahu gaji aparat berapa. Polisi itu lahan basah. Begitu? Itu oknum. Masih banyak yang jujur tapi tenggelam oleh keburukan para oknum-oknum itu.
Pertama, kalau Bang Rashid tampak seperti orang kaya ya dasarnya dia dari keluarga berkecukupan. Kedua, sejak kuliah dia punya usaha bersama teman-temannya dan laris sampai sekarang.
Sekarang ditambah Mbak Tika yang saat di Amerika punya gaji lumayan plus dalam bentuk dolar. Coba hitung kalau sudah dirupiahkan?
Dan dengan adanya perbaikan rumah mereka seperti itu, aku yakin tabungan mereka jadi langsing nyaris kurus dan harus mulai lagi dari awal untuk menggemukkannya. Tapi yah, namanya rumah tangga itu memulai segalanya bersama dari awal,'kan? Dan rejeki akan datang dengan sendirinya.
"Fran? Sudah jam sepuluh nih. Balik dulu yuk? Besok kita sama-sama masuk pagi," ajak Rashad.
Aku meliriknya sekilas dan mengangguk walaupun masih ingin bergelung bersama sepupuku. Tapi aku sadar bagaimanapun Rashad merasa nggak nyaman yang kucoba abaikan.
"Ayook lah. Bang, Mbak, pulang dulu ya? Assalamu'alaikum," ucapku sambil beranjak.
"Wa'alaikumsalam. Makasih bantuannya ya, Dek?" Mbak Tika memelukku sebentar.
Suami-istri itu mengantar kami sampai teras.
"Yaelah, rumah di sebelah juga diantar!" komentar Rashad.
"Kan kalian tamu," sahut Bang Rashid.
Saat kami akan membuka pintu pagar, beberapa rombongan orang yang datang. Mereka polisi, teman Abang. Beberapa ada yang pakai baju bebas tapi ada juga yang pakai polo shirt terkenal yang bertuliskan Turn Back Crime itu.
"Ah, iya ... kan katanya temen-temen Abang mau datang sepulang kerja," gumamku sambil membuka pintu pagar lebih lebar.
"Lho, Shid, mau ke mana? Kita datang kok pergi?" Tiba-tiba seseorang entah siapa berseru.
Aku menoleh ke belakang, Rashad nggak jauh dariku sedangkan Bang Rashid sendiri masih di teras. Padahal teras juga terang. Aku kembali menatap teman-teman Abang itu sambil menahan senyum. Rashad sendiri berjalan lebih cepat dan berdiri lebih di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
General FictionCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...