22. Mudik & Reuni SD

7.8K 620 41
                                    

Kami berempat, aku-Rashad dan Mbak Tika-bang Rashid mudik ke Jakarta di beberapa hari terakhir menjelang cuti kami habis. Bukan apa-apa, alasannya adalah sekalian menyamakan jadwal dengan hari reuni SD si kembar.


Dan, karena lebaran tentu saja isinya adalah unjung-unjung atau bertamu dalam rangka lebaran ke rumah kerabat Mama Laras dan Papa Isa yang ada di Jakarta dan sekitarnya.

Enaknya ke Jakarta musim begini adalah bebas macet. Jadi aku menolak ketika diajak ke destinasi wisata populer di luar kota karena dipastikan lautan manusia pasti tumplek blek di sana. Ogah! Mending jalan santai di sekitaran Jakarta kota saja. Beda dengan Mbak Tika dan Bang Rashid. Keduanya mencoba uji nyali.

"Kalian kok di rumah?" tanya Mama Laras saat melihat kami santai selonjoran kaki depan TV ruang keluarga.

"Enak, Ma. Nyantai," jawabku jujur.

Mama Laras yang ikutan bergabung dengan kami mengernyit heran kemudian senyum lebar. "Kalian memang jodoh ya? Sukanya angrem di rumah."

"Angrem apaan, Ma?" tanya Rashad polos membuatku dan Mama Laras saling lempar senyum.

"Ngeram kayak ayam mengerami telornya. Anteng aja di rumah maksudnya," terangku.

"Oh." Aa suami manggut-manggut.

"Ehm, mumpung ya...pacaran gitu sana di luar," saran mama. "Selama ini kalian banyak sibuk kerja, kan?"

Rashad terdiam sejenak lalu memandangku. "Mau?"

"Ngapain? Ke mana? Enak leyeh-leyeh ini..."

"Uhm ... nonton? Kita juga nggak pernah nonton, kan?"

"Film apa?" Aku kedengaran keras kepala ya? Tapi sumpah aku nggak ada maksud apa pun. Tapi enak santai begini sih...

Bukannya menjawab, Rashad bangkit sambil menarik tanganku menuju kamarnya, ehm...kamar kami sih hehehe, dan memintaku ganti baju. Dia mengajakku jalan. Pokoknya jalan.

Dua puluh menit kemudian kami sudah berada di dalam mobil Rashad siap meluncur menembus lengangnya jalan ibukota. Oh ya, di rumah mamanya, Rashad punya mobil pribadi. Katana hitam yang masih terawat.

"Kita ke mana sih, A? Enakan di rumah selonjoran kaki. Iiih..." gerutuku sebal. "Badanku rasanya udah remek ini."

"Iya. Nanti aku pijitin," sahut Rashad santai tanpa menoleh ke arahku. Matanya fokus menyetir. "Kita nonton."

"Apa?"

"Liat nanti deh yang bagus apa."

"Yeee samiwon namanya sih. Gondrong juga."

Tiba-tiba sebelah tangan Rashad sudah menepuk kepalaku. Masih tanpa menatapku. Dengan santainya dia mengarahkan setirnya memasuki mall terdekat dari rumahnya.

Sampai di mall, kami langsung menuju bioskop dan melihat film apa saja yang tengah di putar. Biasanya lebaran gini juga banyak film bagus diputar tapi ternyata aku nggak ada yang minat sama sekali begitu selesai memeriksa judul film.

"Nggak ada yang tertarik. Aa ada?" kataku.

"Iya. Sama."

Aku langsung mencibir. "Kan...enak leyeh-leyeh aja di rumah tadi."

Rashad hanya tersenyum minta maaf padaku.

"Shalat dululah. Nanti baru mikir setelah itu ngapain. Iiih, Aa sih...dibilangin juga nggak percaya. Sebel!" kataku dengan bibir mengerucut.

Rashad garuk-garuk kepalanya yang aku yakin nggak gatal, lalu menggandeng tanganku. "Ayo deh."

"Eh?"

Dia menoleh. "Apa?"

CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang