Akhirnya rombongan kami sampai juga di Museum Angkut, Batu. Bukan yang pertama kali sih tapi jadi yang pertama bareng keluarga. Dan yang antre beli tiket adalah Mbak Tika dan Rashid hehehe...
Agak lumayan ramai. Hari minggu itu kali ya. Antri masuknya juga agak panjang.
Setelah dapat tiket, Mbak Tika bagi-bagi ke kami masing-masing satu. Kami pun masuk satu-satu. Pakde yang pertama kemudian Bude, Mbak Tika, Rashid, aku dan terakhir Rashad.
Di awal masuk kami disuguhi koleksi mobil Ford. Saat mengedarkan pandangan sambil terus jalan, aku melihat ada mobil RI 1 yang dipakai Presiden Soekarno.
Cuuus reflek aku menarik lengan baju seseorang yang kupikir Rashid.
"Fotoin dong disitu," pintaku manja sambil menoleh dan kagetnya ... ternyata yang kutarik adalah Rashad! Sebel! Malu tapi pura-pura nggak tau deh aku. Sudah terlanjur.
"Boleh." Rashad sih biasa saja.
Ya habisnya mereka pakai baju mirip sih hari ini. Sama-sama celana jins biru. Sama-sama pakai jaket jins biru. Bedanya ... Rashid pakai T-shirt putih bergambar dan sepatu Adidas putih, sedang Rashad pakai kemeja garis-garis dan sepatu juga Adidas beda model tapi dengan warna yang aku nggak bisa deskripsikan antara abu-abu, krem atau hijau muda kekuningan.
Hhh! Sudah terlanjur sama Rashad, dengan lemas kuserahkan hape-ku ke dia dan aku mendekat dan berhenti di tengah-tengah mobil RI 1 itu. Kalau sama Rashid mau pose apapun hayuk aja, lah ini Rashad ... canggung ...
"Kok kaku gitu sih, Fran?" tegurnya.
Aku tersenyum. Canggung. Dan berusaha rileks. Hhh ...
Susah!
Aku diam. Mengatur nafas dan ... oke, aku pose!
"Oke." Rashad acungin jempol dan memberikan hapeku lagi.
"Thanks."
Kami pun jalan lagi menyusul yang lain. Kulihat Mbak Tika, Rashid dan Bude, sesekali Pakde ikut foto-foto juga di sudut lain. Saat mendekat, kulihat Rashid sekilas memandangku seperti memberi kode. Apa sih? Nggak ngerti! Bodo ah.
Kami pun jalan lagi sambil sesekali berhenti untuk foto.
"Eh, kok nggak kelihatan Om Samuel ya?" tanyaku pada Mbak Tika. "Masa nggak jadi ke sini?"
Mbak Tika tertawa. "Takut kali ketemu Papa, nanti diusilin lagi. Dia kan sering jadi korban kejailan Papa. Heran kok betah gitu ... "
"Betah nggak betah kan Om Arman komandannya." Rashid ikut nimbrung sambil terkekeh.
Kulihat Rashad penasaran tapi takut bertanya. Ini menyangkut karir menurutnya. Dan pasti dia merasa nggak terlalu dekat untuk bisa melontarkan sesuatu yang terlalu pribadi.
"Kalian ngapain di situ no? Ayok jalan?" perintah Pakde. "Oh ya, kok nggak lihat Samuel ya? Belum sampai ya?" Umur panjang ... panjang umurnya Serka Samuel.
"Nggak jadi ke sini. Takut ada dua komandannya," sahutku sambil menunjuk Pakde dan Rashad.
"Serka Samuel bukan orang seperti itu menurutku," celetuk Rashad.
Kami pun melanjutkan lihat-lihat. Diiih ... si Rashid kesempatan betul deketin Mbak Tika wakakaka ...
Kalau Pakde dan Bude menikmati refreshing ini, Mbak Tika dan Rashid berasa curi-curi kencan, sedang aku dan Rashad?
Entah Rashad, aku sih canggung.
Kami melewati zona Pecinan, Batavia tentunya sambil foto-foto. Aku ambil fotondi spot yang kurasa unik, seperti salah satunya di sebuah sepeda angin yang membawa tumpukan barang. Tapi ya gitu ... beberapa kali aku salah pikir saat mau minta tolong difotoin. Rashad kukira Rashid. Gara-gara aku asal narik nggak liat-liat siapa yang kutarik.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & PENGABDIAN "Cerita Frannie"
Genel KurguCredit all pics to www.google.com Kisah Cinta segi empat patah sisi antara dua sepupu Francesca - Kartika dan saudara kembar Lettu Rashad dan IPTU. Rashid. "Heh? Karena jalan sama Rashid? Ditembak ya?" Oke, nyawaku mulai terkumpul. Bisa dipakai goda...