50 : Statement

691 59 0
                                    

"Dedek? Lo masih punya hutang cerita ya Vin sama gue" Wendy masih enggan untuk menutup matanya guna merehatkan tubuhnya di malam yang mulai larut ini.

"Wen besok deh ya gue ceritanya, udah ngantuk nih"

"Ck Vina mah gak seru," Wendy mencebikkan bibirnya.

"Besok juga pasti bakalan gue ceritain Wen"

"Sekarang sama besok tuh beda"

"Bedanya apaan sih? Sama aja kan perasaan"

Wendy memutar bola matanya "Buruan cerita gih gue dengerin, tau sendiri gue kalo lagi kepo sampe gak bisa tidur"

"Cerita apaan?"

"Yang tadi Sehun bilang 'dedek' tadi apaan coba?" Wendy malah balik bertanya.


Vina terlihat berpikir sejenak. Dapat dilihat dari caranya menarik oksigen dan menghembuskan karbondioksida dengan perlahan.

"Oke gue cerita" katanya

Sementara Wendy mengeratkan jemarinya pada selimut yang dia pegang.

"Sehari setelah kejadian gue mergokin Sehun di Rumah Sakit lagi 'ehem' sama Dinda gue langsung pergi gatau mau kemana,"

"Gak mungkin gue ke kalian karena takutnya gue cuman jadi beban. Soalnya gue udah capek secapek capeknya. Baik pikiran, hati, maupun badan gue"

"Dan terlintas di pikiran gue 'Kak Nana', lo tau kan dia siapa?" Wendy terlihat mengangguk pelan.

"Gue dengan gak tau dirinya datang ke rumah Kak Nana sore itu, untung aja ada suaminya jadi dia bantu pegangin anaknya karena Mamanya lagi gue pinjem buat curhat. Dan pas curhat itu, kita bukan cuma curhat masalah gue dan Sehun doang, malah merembet ke masalah keturunan"

"Keesokan harinya gue ngerasa badan gue pusing dan mual muntah gak jelas gitu. Dan itu penyebabnya cuman gara gara bau buah jeruk"

"Astaga Vina" Wendy memekik tertahan.

"Yakan lo bahkan juga gak nyangka kan kalo gue bisa muntah gara gara bau buah favorit gue sendiri, dan dari situ gue mulai merasa ada yang gak beres sama badan gue. Dan akhirnya dengan dibantu sama Kak Nana gue bisa tau kalau ternyata,


ada jiwa lain yang hidup di rahim gue"


Vina berhenti bercerita karena memang point penting yang Wendy ingin tahu sudah dia sampaikan dengan baik.

"Astaga, gue ikut seneng Vina.. sumpah ya.. sekarang lo udah mau jadi orang tua aja.... banyak banyakin istighfar deh lo ya biar anak lo kelakuannya gak kaya Bapak Ibunya" respon Wendy.

"Tuhkan lo mah pas udah diceritain gitu sih, au ah ngambek gue. Bodo amat. Gue mau tidur." Vina menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya dan seluruh tubuhnya.

"Yah.. Bumil marah nih.. Yaudah deh biarin aja besok juga reda.. Good night ya calon keponakan Aunty Wenwen disana.."








***







"Jadi kalian nikah gara gara MBA?" Tanya Pandu.

Gak jauh dari dua orang perempuan tadi, ternyata dua orang pria yang berbaring beralaskan tikar ini juga masih enggan untuk menutup mata. Melainkan masih setia mengobrol.

"Bukan karena MBA sih, ya takut keburu diambil orang aja makanya langsung gue nikahin"

"Ooh gitu"

"Lo sendiri? Ada pendamping?"

Pandu menghela nafasnya pelan. Sedangkan Sehun masih penasaran mengenai jawaban yang akan dilontarkan Pandu.

"Ada"
"Tapi udah tenang di surga-Nya"

"Sorry, gue gak maksud"


"Gapapa kok"


"Kalo boleh tau kenapa?"


"Dulu kita itu sahabatan dari kecil, temenan deket banget, tumbuh besar bareng bareng, tapi pas kita lulus SMA gue tau kalo ternyata dia suka sama gue, gue gak bisa menampik itu. Soalnya gue juga menaruh perasaan yang sama."

"Tapi ternyata Tuhan menambahkan 'bumbu' dalam perjuangan kita berdua, setelah lulus kuliah, kita nikah dan ternyata dia divonis terkena kanker darah. Dia dengan tegasnya bilang mau mempertahankan Luna padahal dalam kondisinya yang lagi sakit dia tidak seharusnya mengandung. Itu yang bikin gue salut sama dia"


"Tenang aja. Dia pasti udah bahagia di sana"

"Itu pasti"




***




"Kae lho neng ngomah e Pak Sriyono ki wingi bar ketiban wit nangka, pas angin gede wit nangka ne ambruk ngenani pawon e, saiki do sambatan neng kono, iki ono lanangan loro dikon wae melu timbang nganggur neng kene"

Vina dan Wendy terlihat bingung. Tidak tahu apa yang dimaksud Bu Surtati.

"Kerja, bantu bantu" ujar Bu Surtati dengan bahasa Indonesia yang sangat minim dia kuasai.

"Iya Bu, bantu bantu di mana?" Tanya Wendy

"Pak Sriyono, omah e ketiban wit nangka"

"Iya bu, Nanti kita panggil yang cowok cowok buat ikutan bantuin" sahut Wendy

"Gue panggilin Sehun sama Pandu ya, lo mau di sini apa ikut gue?" Tawar Vina

"Ikut lo lah, gak ngerti Bahasa Jawa gue"

"Oke, Bu pergi dulu nggih, pamit" Vina berjalan mendekati Bu Surtati yang duduk di kursinya dan mencium tangannya tanda minta izin untuk pamit. Diikuti dengan Wendy.

"Pamit Bu"

"Nggih monggo"







Vina dan Wendy berjalan ke arah belakang rumah. Soalnya tadi Sehun sama Pandu katanya mau lihat lihat daerah sekitar sini.

"Vina!" Sehun melambaikan tangannya begitu melihat Vina.

Buru buru dia turun dari pohon melinjo yang dia panjat. Begitu juga dengan Pandu yang ikut turun mendengar Sehun memanggil Vina.

"Kok manjat manjat pohon segala sih, kalo jatuh gimana?" Vina mengerucutkan bibirnya.

"Abis di Jakarta udah jarang ada pohon yang bisa dipanjatin gini, gak akan diulangi deh janji"

"Ehem, kayanya gue sama Mas Pandu duluan aja deh ya daripada jadi kacang bawang gini" ujar Wendy membuat Pandu tertawa pelan.

"Yaudah sana duluan" sahut Sehun. Yang ditanya siapa yang jawab siapa. Hmz.

"Oke gue pergi! Ayo Mas" Wendy menarik Pandu pergi dari hadapan Vina dan Sehun.

"Jahat tau gak? Sama temen aku kok gitu sih" Ibu Negara mulai mengomel.

"Engga gitu tadi maksudnya cuman bercanda doang Yang, yaelah, jangan dianggap serius"

"Sukanya bercanda bercanda mulu, gapernah serius, kapan bisa serius sih?"

"Aku bisa serius ya asal kamu tau. Kalo aku gak serius gak mungkin di perut kamu ada dedeknya kaya gini"

"Terserah, dasar mesum"

"Loh kok mesum sih?!"

"Bodo amat, udah kamu ikutan gotong royong aja sana sama Bapak Bapak bantuin benerin rumah Warga yang ketiban pohon"

"Ntar aku capek Yang" rengek Sehun

"Oke kalo gak mau jangan harap bisa pulang ke Jakarta sama aku"

"Weits jangan gitu dong, Iya deh iya aku ikutan gotong royong, ah kamu mah sekarang mainnya yang ngancam gitu ih"

"Ya terserah aku lah, yang hamil aku"








Disinilah mereka sekarang. Dengan Sehun dan Pandu yang ikutan sama para bapak buat ngangkatin genteng dan segala macamnya ke sana kemari. Sedangkan Vina dan Wendy ikutan bantu Ibu Ibu nyiapin makanan dan minumannya.





Indahnya kerja sama. Indahnya kerja semua.

















-tbc-

Komplek - OSH (EXO WANNAONE)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang