38 : Pulang

777 72 2
                                    

Hari ini adalah hari dimana Vina diijinkan untuk pulang dari rumah sakit. Segala jenis pengobatan dan terapi sudah dijalaninya dengan baik.

"Kamu mau naik kursi roda atau aku gendong aja?" Sehun menggenggam erat tangan Vina untuk membantunya turun dari ranjang rumah sakit.

"Aku jalan sendiri aja, biar biasa"

"Kamu yakin?" Vina hanya menganggukkan kepalanya.

"Yaudah aku papah ya" Sehun bersiap untuk meraih tangan Vina dan hendak meletakannya di lehernya namun Vina buru buru mencegahnya.

"Loh? Kenapa?" Tanya Sehun heran.

"Gandengan aja" Sehun tersenyum dan kemudian menggandeng Vina. Mereka pun keluar dari ruang inap dan berjalan pelan pelan.

Walaupun sudah sembuh total, tapi tetap saja jangan sembarangan gerak dulu.

"Yang jemput siapa?" Tanya Vina

"Tadi aku udah nelfon Jongin minta tolong ke Dia buat jemput kita"

"Ooh"

"Pelan pelan aja jalannya gausah cepet cepet"

"Iyaa ini aku juga pelan pelan"

Mereka berdua kembali berjalan. Untungnya tadi Sehun sudah membereskan seluruh biaya administrasi jadi dia tidak perlu repot mengurus apa apa lagi dan Vina langsung bisa diajak pulang.

"Woy Hun!" Jongin udah stay di depan rumah sakit dengan mobilnya Sehun. Jongin belum dibolehin bawa mobil sendiri sama bapaknya. Takut kenapa kenapa. Mobilnya mahal soalnya gaes. Jadilah selama ini Jongin ngampusnya naik motor atau kalo lagi males bawa motor ya nebeng Sehun.

"Itu Jongin udah dateng" Sehun membantu Vina untuk agak mempercepat jalannya.

"Udah lama Jong?" Tanya Sehun saat mereka sudah sampai di mobil.

"Gak sih, baru aja" sahut Jongin santai.

"Jong, Sehun di belakang sama gue ya" ujar Vina.

"Siap Vin, santai aja" Jongin tersenyum lebar.






"Lo gimana? Tetep sama Krystal?" Vina membuka pembicaraan mereka yang sama sekali tidak ada semenjak perjalanan tadi.

"Masihlah, gue udah pro banget nih sama dia, pengen cepet cepet gue lamar aja rasanya"

"Yaudah buruan lamar" Sehun ikutan ngobrol.

"Gue kan gak kaya lo yang abis lamaran langsung dapet kerjaan, gue mau cari kerjaan dulu biar bisa ngelamar dia, kan gak malu gitu di depan calon mertua kalo udah punya pekerjaan tetap"

"Ya gak tentulah Jong, orang nikah itu rejekinya malah ditambah kok, jangan khawatir" Vina

"Iya juga sih, tapi gue pikir pikir lagi deh biar mateng"

"Yang ada gosong Jong bukannya mateng" Vina terkikik geli. Namun karena dia ketawa bekas lukanya jadi agak nyeri. Alhasil setelah ketawa langsung meringis menahan nyeri.

"Kenapa? Nyeri ya?" Vina mengangguk pelan.

"Makanya jangan ketawa ketawa dulu, kan masih nyeri"

"Iya iya"

"Kamu gak mau mampir dulu ke mana gitu?" Pertanyaan Sehun membuat Vina mengernyitkan dahinya.

"Mampir ke mana?"

"Ya kemana gitu"

"Enggak, aku mau langsung pulang aja, udah kangen rumah"

Sehun tersenyum sambil mengelus rambut nya Vina "Bobok gih, kan lumayan bisa istirahat di sini juga"

Sehun menyandarkan kepala Vina ke bahunya dan mengelus rambut dan lengan Vina. Sementara Jongin mengelus dada sabar karena merasa dirinya jadi obat nyamuk diantara dua temannya ini.













***







"Yang? Bangun gih udah nyampe" Sehun membangunkan Vina yang masih tertidur. Merasa tidurnya diusik, Vina mengerjapkan matanya.

"Udah sampai? Yaudah turun yuk"

Dengan dibantu Sehun, Vina turun dari mobil. Tapi aneh.

Ini bukan rumah Orang Tuanya Sehun. Ataupun rumah Orang Tuanya Vina.

"Loh? Ini kan rumahnya Om Henry? Kok malah ke sini, gak ke rumah Mama atau Bunda aja?" Vina kebingungan.

Lagi lagi sebuah senyuman terbit di wajah tampan Sehun.

"Mulai sekarang, kita udah gak tinggal di rumah Mama sama Bunda lagi, kita belajar mandiri, barang barang kamu juga udah dirapikan di sana," Sehun merangkul Vina dan mengajaknya masuk ke dalam.

Memang sih desain rumahnya tidak jauh beda dari rumah Mama atau Bunda mereka. Tapi membayangkan bahwa mereka cuman berdua di sini sejenak terlintas di pikiran Vina kalau rumah ini terlalu besar untuk ditinggali dua orang.





Jongin udah pulang. Katanya mau apel. Anak anak singkong ke sininya masih nanti malam. Bundanya Sehun dan ibu ibu komplek yang lain lagi pada keluar gak tau kemana. Sedangkan Mama nya Vina lagi pergi ke Solo ke rumah saudara.

"Hey? Kok ngelamun lagi sih?" Sehun duduk di samping Vina yang ada di sofa depan ruang TV.

"Rumahnya kegedean deh Hun kayanya"

"Ha?" Sehun menautkan alisnya.
"Kegedean? Perasaan sama aja deh kaya rumah Bunda sama rumah Mama"

Vina menghela nafasnya berat "Hun, mungkin ini karma buat aku kali ya? Kan waktu itu aku pernah bilang kalau aku gak mau punya anak sekarang. Tapi kenyataannya malah aku gak bisa punya anak."

"Aku gapapa kok Hun"

"Gapapa apanya?" Sehun semakin bingung dengan arah pembicaraan Vina dan dirinya.

"Aku gak papa kalau misalnya kamu mau cari wanita lain-"

Vina tidak melanjutkan bicaranya karena mulutnya dibungkam dengan bibir Sehun.

Sebuah ciuman lembut dia berikan pada istrinya itu. Ciuman lembut yang sarat akan kasih sayang.

"Sampai aku mati pun aku gak bakal cari perempuan lain buat gantiin posisi kamu sekarang Na, mau gimana pun kondisi kamu aku tetap gak akan mau cari penggantinya kamu sekalipun itu kamu yang minta"

"Tapi aku tau, kamu juga sama seperti laki laki lain yang butuh istri yang bisa memberikan keturunan, dan aku sadar kekurangan aku di situ, makanya mending kamu cari yang lebih pantas dari aku Hun"

"GAK!" Kali ini nada bicara Sehun sudah agak meninggi. Vina sempat terkesiap ketika Sehun agak membentaknya.

"Mau gimanapun kondisi kamu, entah kamu bisa ngasih aku anak atau enggak, aku gak akan cari wanita lain, kamu itu udah lebih dari cukup buat aku Na"

"Tapi ini Dokter sendiri Hun yang bilang aku gak bisa punya anak"

"Dokter bukan Tuhan. Mereka emang bisa keluarin statement-statement kaya gitu, tapi mereka bukan Tuhan, Na"
"Mereka gak bisa ngatur takdir seseorang, kalau kita tetap berusaha dan berdoa pasti Tuhan bakal kasih yang terbaik buat kita, kamu jangan ngomong kaya gitu lagi ya, aku mohon"

Mata Vina sudah berkaca kaca. Kata kata Sehun tadi cukup menampar dirinya. Dirinya yang berpikiran dangkal. Dirinya yang bodoh karena menyuruh Sehun untuk mencari wanita lain padahal jelas jelas Sehun mencintai dirinya dengan segenap kekurangan yang ada pada dirinya. Dirinya yang sempat meragukan tentang adanya 'Keajaiban'.

"Kamu jangan ngomong kaya gitu lagi, aku sedih kalau kamu ngomong kaya gitu, jangan patah semangat Na, aku yakin kita pasti bisa" Sehun menarik Vina ke dalam dekapannya. Memeluk wanitanya erat sambil sesekali mencium puncak kepalanya.

"Maafin aku Hun, maafin aku yang sempat meragukan tentang adanya keajaiban"




























-end-











Tapi boong.

Komplek - OSH (EXO WANNAONE)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang