Lelaki itu menyeringai melihat mayat di depannya. Hampir menyentuh kakinya yang dilapisi oleh sepatu mahal yang mengkilap. Dia berbalik, mengacuhkan tatapan takut seorang anak kecil bermata bulat yang jarak usia mereka terpaut hingga enam tahun. Lelaki yang baru akan menginjak usia tujuh belas tahun itu menyeringai. Sementara di sebelahnya, seorang pendamping setianya terlihat mengikutinya dengan hormat.
"Ah ya, dan Sehun," panggil lelaki itu.
Pemuda berkulit putih pucat bernama Sehun itu membungkuk memberi hormat pada tuannya.
"Ya tuan?" Tanya Sehun sopan.
"Habisi anak itu," ucap lelaki itu lalu menjilat bibirnya.
Sehun tersentak kaget. Sebenarnya dosa apa yang dilakukan paman anak itu hingga membuat tuannya ini juga harus membunuh seorang anak kecil tidak berdosa?
"Tuan tapi dia masih kecil," Sehun berusaha merubah pikiran tuannya.
Tuannya itu berhenti dan menoleh menatap Sehun tajam. Tatapan itu seakan bisa mengulitinya hidup-hidup.
"Maksud saya, mungkin dia bisa berguna bagi tuan," Sehun buru-buru menambahkan sambil membungkuk hormat.
Lelaki itu berbalik. Menatap tepat ke arah seorang pemuda manis yang berdiri dengan tubuh bergetar dan mata berkaca-kaca. Lelaki itu kembali menyeringai. Dia melangkah mendekati anak itu. Anak itu melangkah mundur. Anak lelaki yang baru akan berusia sebelas tahun itu mundur hingga tangannya dicekal oleh lelaki yang baru saja membunuh pamannya.
"Ya, kurasa kau akan berguna untukku," gumam lelaki itu.
"Hiks... hiks... papa... mama... hiks," isak anak itu.
Lelaki itu tertawa sarkastik. Meraih dagu anak kecil yang tengah menangis itu dengan kasar. Mengapitnya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Ibu jarinya mengusap bibir anak itu.
"Ssstt, jangan menangis, hyung akan merawatmu kau tau?" Ucap lelaki itu lalu tersenyum.
Meskipun senyum manis yang terlihat, tapi jelas terlihat pula bahwa senyum manis itu hanyalah senyum palsu. Hanya satu yang asli dalam diri lelaki itu, kekejaman dan sisi psychopatnya.
"Hiks... hiks... hyung... hyung membunuh uncle... hiks..." isak anak kecil itu.
"Aniya, hyung tidak membunuh unclemu, hyung menghukumnya, bukankah setiap anak nakal harus dihukum?" Ucap lelaki itu sambil mengusap air mata anak bermata bulat itu.
Anak itu, sambil terisak kecil, mengangguk mebenarkan ucapan lelaki di hadapannya. Pamannya juga sering memukulnya kalau dia nakal. Melihat orangtuanya? Belum pernah. Sejak kecil dia sudah dirawat oleh pamannya yang jahat.
"Ta... tapi... salah uncle Kyungie apa...?" Tanya anak kecil itu.
"Salah unclemu sayang? Bukankah dia selalu menjahatimu?" Tanya lelaki itu sambil mengelus lembut surai anak kecil itu.
Anak itu menyedot ingusnya dan mengusap air matanya. Sehun memperhatikan. Demi Tuhan, mulut tuannya ini manis sekali.
"Uhm, uncle selalu memukul Kyungie, apa hyung juga akan memukul Kyungie?" Tanya anak itu dengan tatapannya yang super polos.
Lelaki itu tersenyum.
"Aniya, hyung akan merawatmu dengan baik, kau mau ikut dengan hyung?" Tanya lelaki itu berusaha selembut mungkin.
Anak lelaki itu mengangguk lucu. Hah... dia tidak tau bahaya apa yang akan dia hadapi nantinya.
"Nah sekarang, siapa namamu sayang?" Tanya lelaki itu sambil mengangkat tubuh anak itu yang terbilang pendek di usianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath*KaiSoo (END)
FanfictionPsychopath? Ya, itulah satu kata yang menggambarkan diriku. Satu-satunya yang asli tanpa kepalsuan dari dalam diriku. Seorang Psychopath. {End/8-8-18} (Warning!) (Mature content, BxB/Yaoi [homophobic go away!], M-preg, Psychopath!)