*8*

5.4K 439 11
                                    

Jeongin menatap ponselnya. Matanya bahkan terlihat hampir copot dari tempatnya membuat pemuda cantik bermata rusa di hadapannya itu mendengus sebal.

"Apa yang kau lakukan Jeongin? Menunggu pesan dari BangChan?" Tanya Luhan, pemuda bermata rusa itu.

Seorang Yang Jeongin tengah menginap di apartemem kebanggaan kakak sepupunya itu semua karena ayah dan ibunya berada di Busan. Mungkin lebih tepat disebut ayah tirinya dan ibunya. Bukan menginap sebenarnya, lebih tepat di sebut dia tinggal di apartemem Luhan. Toh Luhan memilih tinggal di apartemennya karena letaknya lebih strategis daripada mansionnya sendiri.

"Tidak, orang itu tidak suka diganggu saat sedang bekerja," ujar Jeongin.

BangChan atau biasa Jeongin panggil Chan Hyung. Nama aslinya Chris Bang, dia adalah pemimpin industri elektronik terbaik di Korea. BangChan juga termasuk kenalan Luhan dari perusahaan Kim juga. Saat itu mereka sedang mengadakan kerjasama dan dari situlah BangChan mengenal Luhan. Lalu Luhan mengenalkannya pada Jeongin. Dua bulan setelah saling bertemu dan mulai memahami satu sama lain, atau setidaknya begitulah yang dipikirkan Jeongin, keduanya menjadi sepasang kekasih.

"Kapan terakhir kali kalian bertemu?" Tanya Luhan heran.

"Lupa, dan aku tidak peduli, minggu depan kan kami akan bertemu di pesta," ucap Jeongin santai.

"Seharian ini sejak pulang kampus kau bahkan tidak mengalihkan pandangan dari ponselmu. Siapa sih yang–YAK! YANG JEONGIN AKU BERBICARA PADAMU!" Luhan memekik saat memyadari Jeongin mulai beranjak menjauh.

"Yayaya, aku ingin ke kamar, kalau mau bicara di kamar saja ya Luhanie Gegeku yang tercantik sedunia," ujar Jeongin kemudian memasuki kamarnya.

Luhan mendengus.

"Aku ini tampan! Bukan cantik!" Teriak Luhan kemudian segera menyusul Jeongin ke kamar pemuda itu.

Luhan masuk ke kamar Jeongin, mendapati Jeongin yang berbaring di kasurnya sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Kamar Hyunjin terlihat nyaman dengan gantungan putih di tengahnya dan cermin di dinding berwarna hitam di atas kepala ranjangnya.

"Siapa sih yang membuatmu tidak lepas dari ponselmu?" Tanya Luhan.

Jeongin mendengus. Dia mendudukkan dirinya dan memandang Luhan serius, membuat Luhan sedikit risih.

"Kenapa sih?" Tanya Luhan.

"Apa Sehun Hyung mengatakan sesuatu tentang Kyungsoo? Dia belum membalas pesanku dari kemarin!" Pekik Jeongin khawatir.

"Astaga Jeongin, hanya itu? Kuharap otakmu tidak terbentur sesuatu," Luhan memicingkan matanya kesal.

"Tapi tadi dia juga tidak masuk dari kemarin..." cicit Jeongin.

Luhan menyentil kening Jeongin membuat Jeongin mengaduh dan mendengus sebal.

"Bisa saja dia sakit, pabbo-ya," ejek Luhan.

"Tapi ponselnya tidak aktif," bantah Jeongin.

"Kau tidak tau seperti apa Kim Kai itu," gerutu Luhan.

"Memang tidak, toh aku tidak pernah bertemu dengannya," balas Jeongin.

Luhan mendelik. Jeongin ini, suka sekali membuat dia naik darah.

"Memangnya tidak pernah mendengar kabarnya?" Gerutu Luhan lagi.

"Aku menutup mataku jadi aku tidak dengar," balas Jeongin sambil kembali merebahkan dirinya dan memainkan ponselnya.

Psychopath*KaiSoo (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang