Ambitions 1

14.4K 569 1
                                    

Private di beberapa chapter terakhir.
Untuk baca selengkapnya bisa follow dulu.
Terimakasih dan selamat membaca :)
•••

Ambisi Adalah Perlindungan
Terakhir Dari Sebuah
Kegagalan


Argghhh... Rasanya cuaca panas sudah menerpa pagi-pagi seperti ini. Prilly, gadis berkuncir itu lagi-lagi dibuat emosi oleh salah satu teman sekelasnya.

Brakk...

Prilly menggebrak meja dengan penuh emosi. "Gue udah bilang gue mau duduk di sini, pindah Lo" ujar Prilly. Emosinya sangat meluap.

Semua yang ada di kelas menjadikan Prilly dan Dian sebagai pusat perhatian. Ada yang berbisik-bisik tak jelas dan ada yang langsung memberikan tatapan tak suka pada Prilly.

Prilly si gadis penuh ambisi dan sok berkuasa di sekolah membuat dirinya tidak disukai oleh banyak orang. Prilly bahkan tidak mempunyai satu orang teman pun di sekolahnya.

Jika kalian pikir Prilly adalah Puteri dari pemilik sekolah, itu salah. Prilly juga sama seperti mereka, siswi biasa di sekolah ini. Tetapi perlu kalian ketahui, Prilly adalah siswi berprestasi dalam banyak bidang, sehingga kepala sekolah enggan untuk mengeluarkan Prilly dari sekolah ini meskipun sudah banyak siswa-siswi yang meminta agar Prilly dikeluarkan.

"I-ini bangku gue, bangku Lo di sana" ujar Dian gugup. Dian si kutu buku yang termasuk berani menjawab Prilly membuat emosi Prilly semakin menjadi-jadi.

"Lo ga denger gue bilang apa? Gue mau nya duduk di sini. DI SINI" tegas Prilly lagi.

Dian yang tak mau berdebat lebih panjang lagi segera membereskan tas dan buku-buku nya untuk berpindah tempat. Prilly merasa sangat puas dan tersenyum penuh kemenangan lalu duduk di bangku itu.

Alasan satu-satunya yang Prilly miliki untuk pindah tempat duduk adalah karena Prilly tidak suka sebangku dengan Rianti, gadis sok polos yang menurut Prilly ga banget. Sok baik demi disenangi banyak orang. Iyuhhhh.

Prilly menelungkupkan kepalanya di antara kedua tangannya. Rasanya jika sudah dipojokan seperti ini membuat Prilly akan merasakan kantuknya. Satu hal lagi, Prilly tidak suka mendengarkan guru bercerita. Pagi ini adalah jam mata pelajaran Sejarah. Prilly sangat bosan dengan cerita pak Didik yang nantinya pembahasan ceritanya adalah topik yang sama bahkan jika bisa dihitung, mungkin pak Didik sudah mengulang cerita itu sampai ratusan kali.

Derap langkah kaki semakin dekat terdengar oleh penghuni kelas XI-IPS 1. Itu dapat di pastikan bahwa pak Didik guru sejarah mereka sudah hampir datang. Namun Prilly masih sama dengan aksinya. Tertidur atau hanya pura-pura tidur.

"Selamat pagi anak-anak" seru pak Didik dengan semangat. "Pagi pak" jawab seluruh isi kelas itu kecuali Prilly.

"Pak kok kayak ada yang beda sama bapak" celetuk Riky. "Kayak ada manis-manisnya" lanjutnya lagi. Kali ini mengundang gelak dari semua siswa-siswi ya terkecuali Prilly ya.

"Coba kamu tebak apa yang buat saya berbeda?"tanya pak Didik. Pak Didik ini selain banyak cerita ternyata mempunyai selera humor yang baik pula.

"Kumis bapak kok tebelan ya pak" timpal Damar. Kelas itu kembali riuh dengan gelak tawa. Ya, ini kelas IPS bung, bukan kelas IPA. Kalian semua pasti tau apa aja perbedaan IPA dan IPS.

"Bukan-bukan emang saya pake penebal kumis.. Udah diam semua. Kamu silakan masuk" ujar pak Didik.

Semua yang ada di kelas terdiam dan merasa heran. Siapa yang dimaksud pak Didik untuk masuk. Apa mungkin anak baru atau guru baru. Rasanya tidak mungkin. Biasanya jika ada anak baru atau guru baru, rumor itu akan tersebar terlebih dahulu. Apalagi untuk kelas XI IPS yang kelewat aktif.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang