Ambitions 19

5.7K 408 5
                                    

Ternyata rasa yang diam-diam menggerogoti hati ini adalah cinta.
Terlambatkah aku untuk mengungkapkannya
Dengan segala kenaifan ini, ku harap tidak.


Sepagi ini Prilly sudah disibukkan kesana-kemari mencari sebuah benda penting yang beberapa hari ini belum sempat ia cari.

Mondar-mandir di kamarnya yang tidak terlalu luas sudah dilakukannya beberapa kali. Seingatnya ia menyimpan benda itu di dalam sling bag berwarna peach miliknya.

Kalau sudah begini Prilly pasti merutuki dirinya sendiri, mengapa ia seceroboh ini. Padahal Prilly berniat untuk menemui wanita itu siang nanti sepulang sekolah. Ini kesempatan bagus untuknya karena nanti tidak ada jadwal latihan, terlebih lagi sekolah yang pulangnya dipercepat lebih awal karena alasan klasik. Rapat guru-guru untuk menghadapi ujian di hari Senin.

"Prill," panggil Tante Siska, ia pikir Prilly belum bangun dari tidurnya dan berniat untuk membangunkannya.

Prilly tidak terlalu menghiraukan panggilan Tante Siska karena masih sibuk mencari kartu nama wanita itu.

"Kamu cari apa Prill,?" tanya Tante Siska yang berjalan mendekati Prilly.

"Kertas penting Tante," jawab Prilly seadanya.

"Kamu taro di mana emang,?" tanya Tante Siska lagi.

Prilly mendesah dalam hati. Untung saja itu tantenya, karena kalau orang lain Prilly pasti sudah memaki-makinya. Kalau Prilly tau dia meletakkannya di mana, tidak mungkin dia mencari-cari benda itu sampe sehebring ini.

"Ga tau Tante," ujar Prilly lesu. Cewek itu merasa lelah karena sudah hampir satu jam mencari-cari benda itu semenjak subuh.

"Nanti kamu bawa ke sekolah,?" tanya Tante Siska menebak-nebak karena ia sendiri tidak tau jenis benda penting yang dimaksud Prilly itu benda apa. Jadi Siska mengira-ngira bahwa itu adalah benda yang berhubungan dengan sekolah Prilly, seperti kertas nilai mungkin.

Pertanyaan Tante Siska yang ini membuat Prilly memutar kembali memorinya. Ya, seminggu yang lalu ia sempat membawa kartu nama itu ke sekolah karena berencana ingin menemui wanita itu sepulang sekolah. Tetapi rencananya gagal karena mendadak dapat tugas tambahan dari pak Sapto.

"Prilly berangkat ya Tante," ujar Prilly kemudian yang langsung menyambar tas punggungnya. Lalu cewek itu menyalami tangan Tante Siska.

"Prill..sarapan dulu," seru Tante Siska. Seruan Tante Siska tidak dihiraukan lagi oleh Prilly karena pikirannya hanya tertuju pada kertas penting itu.

Melihat ruang makan yang tidak ada Om Prass membuat Prilly bergegas langsung ke teras rumah sambil memainkan ponselnya untuk memesan gojek online. Kali ini Prilly akan datang lebih awal dari biasanya tanpa Arbani juga.

Bani

Ban.. sorry gue deluan
Kali ini, ada urusan penting.
Lo ga perlu jemput. Ya

Prilly masih menyempatkan diri untuk mengirimi Arbani pesan singkat sebelum gojeknya datang agar Arbani tidak perlu repot-repot datang ke rumah untuk menjemputnya, meskipun Prilly tau cowok itu akan berdecak kesal saat membaca pesan darinya.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang