Ambitions 17

5.6K 386 3
                                    

Satu-satunya orang yang mengerti dirimu adalah
KAMU

🍁🍁🍁

"Sesuai pendaftaran kemaren tercatat 150 peserta Bu" ujar Reno yang merupakan gitaris ekskul musik.

"Yaudah nanti audisinya kita adakan di jam kosong. Denger2 guru-guru mau rapat habis istirahat" ujar Bu Ernis.

"Oh iya, Ali sama Arbani jadi ikut?" Tanya Bu Ernis lagi.

Reno memeriksa nama-nama peserta audisi yang sudah ditulis oleh Nadine pianis mereka, disitu tertera nama Arbani dan Ali.

"Jadi Bu" jawab Reno.

"Oh yasudah kalau begitu" ujar Bu Ernis. Setelah urusan selesai, Reno keluar dari ruangan Bu Ernis untuk kembali ke kelasnya.

Sementara itu di kelas XI IPS 1, terlihat lebih heboh dari kelas-kelas yang lainnya. Selain karena guru mereka tidak datang, hal yang membuat mereka heboh adalah karena nama Ali tertera menjadi salah satu peserta audisi.

"Seriusan Lo Li?" tanya Riky tak percaya.

"Lo ga tau ceritanya? Kemaren dia hampir berantem sama si Arbani" ujar Damar kesal.

"Tau dari mana Lo?" tanya Riky pada Damar. "Dan Li, emang bener yang dibilang sama Damar?" tanya Riky pada Ali.

Ali diam tak menjawab serta merutuki kebodohannya. Kemarin hampir saja Ali menjatuhkan harga dirinya yang melarang keras Arbani untuk ikut Audisi.

Flashback On

Setelah jam pulang sekolah, pendaftaran audisi untuk besok langsung dibuka. Para penerimaan pendaftaran duduk di stand mereka masing-masing.

"Gue mau daftar" ujar Arbani yang menyerahkan selebaran formulir kepada penjaga stand itu yang tak lain adalah Ali dan Rianti.

Padahal ada beberapa stand yang dibuka untuk mempercepat proses pendaftaran. Namun itulah Arbani, menyimpan banyak keinginan untuk mencari tau seperti apa perasaan Ali yang sebenarnya.

Arbani sengaja mendaftar di stand Ali. Ali yang melihat Arbani begitu bersemangat merasa kurang senang. Cowok itu langsung membayangkan bagaimana jika Arbani lolos dan Arbani yang akan menjadi teman duet Prilly?

Ahhh perasaan itu kembali menggerayangi Ali. "Pendaftaran udah ditutup" ujar Ali yang mengembalikan formulir milik Arbani.

"Loh.. apa-apaan sih Lo? Perasaan tutupnya sampe jam 4" ujar Arbani kesal.

"Khusus anak baru dilarang daftar" ujar Ali lagi mencari alasan lain.

"Eh ngaco Lo, ga ada di tulis di formulirnya" ujar Arbani.

"Iya tapi tetap aja Lo ga boleh daftar" ujar Ali lagi yang mulai kehabisan akal.

"Ok biarin gue ke stand yang lain aja" sergah Arbani dan hendak melangkah itu.

"Silahkan daftar tapi tetap aja mama Lo bakalan gue blacklist" teriak Ali agar didengar Arbani yang mulai jauh.

Arbani kembali melangkah menuju stand Ali. Dirinya benar-benar diuji oleh Ali.

"Maksud Lo apa?" tanya Arbani tak suka. "Lo dari tadi ngelarang gue buat daftar? Kenapa?" tanya Arbani lagi yang kini sudah memegang kerah seragam Ali.

"Karena Lo ga punya bakat. Lo bakalan buang-buang waktu" ujar Ali nyalang.

Hampir saja Arbani menonjok wajah Ali kalau saja Rianti tak melerai keduanya.

"Udah stop stop" teriak Rianti.

Arbani melepaskan kerah Ali dan urung menonjok Ali. "Lo pacarnya atau sahabatnya, gue ga peduli. Gue minta sama Lo, Lo tanya sama dia maksud dia ga bolehin gue daftar apa" ujar Arbani pada Rianti.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang