Ambitions 6

5.8K 425 0
                                    

    Tatapan mata itu. Aku ingin melihatnya lagi dan lagi.
Di sana terpancar rindu yang berbaur dengan cinta.



   Hari ini setelah jam istirahat guru-guru di SMA Cakra Buana akan mengadakan rapat, tetapi para siswa-siswi nya dilarang untuk pulang ke rumah masing-masing.

   Hal ini membuat para siswa-siswi merasa kecewa dan mendesah mendengarnya. Untuk apa berlama-lama di sekolah jika para guru tidak ada yang masuk. Belajar ada guru saja belum tentu mereka teratur, apalagi tanpa guru. Ya apa lagi kelas-kelas IPS yang kelewat aktifnya.

   "Yah.. tau gini mending cabut"

   "Tau ah, bingung mau ngapain lagi, mending dibiarin pulang aja biar gue bisa jalan bareng doi"

   "Aneh banget sih ni sekolah"

   "CABUT YOK"

   Begitulah kalimat-kalimat yang mereka lontarkan. Ali selaku ketua OSIS menyampaikan hal apa saja yang seharusnya dilakukan mereka selama rapat berlangsung.

   Guru-guru menyarankan agar mereka berkutat dalam ekskul mereka, lumayan hitung-hitung untuk mengasah latihan mereka.

   Di kelas XI IPS 1 terlihat lebih sunyi dari biasanya, di sana hanya ada beberapa siswi yang bergerombol untuk sekedar bergosip ria, sebagian lagi ada yang di kantin, di ruang ekskul, lapangan, perpustakaan, atau mungkin di UKS hanya untuk sekedar tidur.

   Prilly. Ya si gadis penuh ambisi itu lebih memilih tidur di UKS, selain untuk menghindar dari Ali, Prilly juga merasa nyaman di sana. Ruangan yang tidak terlalu besar dan hanya berisikan empat ranjang di dalamnya itu memang menjadi pilihan empuk bagi siswa-siswi yang tengah bermalas-malasan seperti Prilly. Dan bagian ranjang paling pojok menjadi pilihan Prilly.

Tadinya Prilly ingin ke ruang ekskul musik, tetapi mengingat hari ini ruangan itu dipakai oleh anak kelas X, Prilly jadi tidak punya tujuan selain UKS.

Prilly memakai earphonenya lalu memejamkan matanya untuk sekedar melupakan semua bebannya, jika dikatakan berat, bagi Prilly ini sangat berat. Bagaimana bisa ia hidup seperti biasa jika traumanya terus-menerus membayanginya.

Beberapa detik kemudian, pintu UKS itu terbuka dan menampilkan sosok Ali. Ini tempat terakhir yang belum ia datangi untuk mencari Prilly.

Ya, Ali mencari Prilly untuk menagih janjinya yang kemarin karena hingga saat ini, Ali selalu di tanya-tanya oleh pak Bima sudah sejauh mana dia membujuk Prilly.

Ali yakin bahwa Prilly tidak akan pulang saat ini karena Ali menemukan tas Prilly masih utuh di bangkunya.

Perlahan-lahan Ali menyingkap gorden-gorden pembatas ranjang UKS itu, barangkali saja Ali menemukan Prilly di sana.

Saat gorden pembatas terakhir disingkap Ali, Ali menemukan tubuh mungil Prilly yang terbaring di sana. Tidak seperti gadis kasar dan dingin saat terbangun, Ali menemukan sisi lain dari Prilly.

Wajahnya begitu teduh jika dalam keadaan seperti ini. Prilly bersedekap dengan selimut yang menutupi hanya sebatas perut itu membuat Ali gemas dan ingin menaikkan selimut itu hingga ke atas.

Ali terus memandangi wajah Prilly, entah perasaan apa yang tiba-tiba muncul. Sepertinya Ali sangat ingin melindungi Prilly. Entahlah, Ali merasa wajah Prilly sarat akan kekecewaan yang mendalam hingga wajah itu menampilkan banyak misteri bagi Ali.

"Eunghh" terdengar lenguhan dari Prilly. Ali terkesiap dan buru-buru ingin pergi, mengganggu Prilly di saat seperti ini bukanlah hal yang tepat, mungkin Ali bisa menagih janjinya nanti saja. Tetapi kakinya seperti tertahan, Ali masih ingin berlama-lama di tempat ini memperhatikan wajah Prilly.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang