Ambitions 30

5.7K 394 20
                                    

Seandainya kamu tidak memiliki dia sebagai pilihanmu, mungkin aku
akan tetap bertahan dengan
sisi egois ku.


"Maksud kamu apa Prilly?," suara Bu Ernis terdengar tidak santai.

"Saya mau berhenti Bu," ujar Prilly tanpa rasa takut sedikitpun.

"Apa alasan kamu?," tanya Bu Ernis lagi. Wanita itu tidak habis pikir akan keputusan yang diambil oleh Prilly.

"Saya ga yakin Bu. Sia-sia aja kita latihan terus. Buang-buang waktu," Prilly mengatakannya tanpa ragu-ragu.

"Kalau kita berhenti justru itu yang akan sia-sia. Kita udah latihan hampir satu bulan Prilly. Satu bulan," Bu Ernis semakin shock. Tangannya bolak-balik ia letakkan di keningnya karena merasa pusing mendadak.

"Teman-teman satu tim kamu juga pasti kecewa," ujarnya lagi.

Prilly diam. Satu malaman dia sudah memikirkan hal ini matang-matang. Walaupun banyak orang yang akan kecewa dengan keputusannya, tapi Prilly merasa ini sudah sangat tepat.

Entah perasaan macam apa ini, rasanya Prilly tidak pernah seiba ini sebelumnya pada orang lain. Tetapi saat mengetahui keadaan Rianti, ditambah lagi Prilly tau seberapa penting Ali untuk cewek itu, Prilly lebih memilih mengalah dan mundur.

Seumur-umur Prilly tidak pernah mengalah seperti ini. Apalagi Ali adalah salah satu orang yang dibilang cukup penting baginya untuk saat ini esok dan nanti.

Akan tetapi menjadi egois saat ini bukan hal yang tepat untuknya. Prilly juga pernah merasakan keterpurukan di masa lalu. Dan Prilly tidak ingin ada orang lain yang merasakan hal yang sama seperti dirinya.

"Maaf Bu saya tetap pada keputusan saya," ujar Prilly.

"Apa ini ada hubungannya dengan Ali?," selidik Bu Ernis.

Raut wajah Prilly berubah menjadi tegang. Bu Ernis bisa melihat perubahan wajah Prilly itu.

"Kalau memang iya, tolong jangan bawa masalah pribadi ke sini. Kalian harus profesional Prilly. Tolong jangan kecewakan banyak orang," tutur Bu Ernis.

"Tapi Bu,,,"

"Permisi Bu." Belum sempat Prilly mengelak tiba-tiba sebuah suara terdengar dari luar ruangan tempat Prilly dan Bu Ernis berada.

Prilly dan Bu Erna mengalihkan pandangan mereka ke asal suara.
Prilly sedikit terkesiap melihat kehadiran orang itu. Berbeda dengan Bu Ernis yang nampak tenang saja.

"Masuk," perintah Bu Ernis.

Orang itu adalah Ali. Ya, Bu Ernis sempat mengirimkan Ali sebuah pesan singkat saat Prilly terdiam tadi. Bu Ernis mengirim pesan kepada Ali untuk meminta kedatangan cowok itu agar ke ruangannya segera.

Tak butuh waktu lama untuk Ali datang ke ruangan Bu Ernis. Karena memang Ali sudah berada di sekolah saat itu tepatnya di ruang musik. Hanya saja Prilly yang belum datang. Ternyata Prilly langsung menuju ke ruangan Bu Ernis untuk meminta resign.

"Lo udah dateng?," gumam Ali pelan kepada Prilly.

Prilly tidak menoleh sedikitpun. Bu Ernis memperhatikan gerak-gerik keduanya. Ali terlihat biasa saja kepada Prilly. Akan tetapi Bu Ernis bisa melihat keganjilan pada sikap Prilly.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang