Ambitions 22

5.6K 393 11
                                    

Seperti mata yang tenang menunggu sesuatu yang seharusnya pulang. Akan sesak dadamu jika yang datang hanyalah aku sebagai kenangan

~Boy Candra~


Kini Prilly sedang berdiri di balkon kamarnya. Ada beberapa alasan mengapa sudah larut seperti ini Prilly belum juga tidur. Perasaannya masih gelisah dengan ucapan Ali tadi siang.

Terlebih lagi ponselnya sedari tadi tak henti-hentinya bergetar. Ali mengiriminya pesan sampai beberapa kali sejak tadi. Cowok itu benar-benar teguh pendirian.

Prilly memandangi ponsel di tangannya. Pesan terakhir dari Ali benar-benar membuatnya shock dan membulatkan matanya.

Ali-en

Kalo Lo ga balas juga, gue nekat ke rumah Lo malam ini juga.

Ini juga menjadi satu-satunya alasan Prilly tidak bisa tidur malam ini. Takut kalau-kalau Ali benar-benar datang menemuinya.

Pesan terakhir itu masuk pada pukul 20.45 pm. Sementara saat ini sudah hampir pukul 21.45. Sudah satu jam lamanya Ali tidak benar-benar muncul di hadapannya. Itu tandanya cowok itu hanya menggertaknya saja.

Sebenarnya ada perasaan kecewa saat Ali tidak muncul di hadapannya saat ini. Diam-diam Prilly juga mengharapkan kehadiran cowok itu. Membuktikan segala sesuatunya agar hubungan mereka tidak seburuk biasanya.

Prilly tampak mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk membalas pesan Ali. Tapi setelah berhasil ia ketik, rasanya sangat sulit untuk menekan tombol send.

Entah sudah berapa kali cewek itu mengetik lalu menghapusnya lagi, mengetik lalu menghapusnya kembali. Kegiatan itu berulang-ulang ia lakukan dan ini benar-benar membuatnya di puncak kegelisahan.

Pada akhirnya Prilly memutuskan untuk menyimpan ponselnya ke dalam saku piyamanya. Dia tidak memiliki keberanian untuk membalas pesan Ali.

Kegiatan selanjutnya yang cewek itu lakukan adalah memandangi langit. Sedikit aneh, biasanya di bulan penghujan seperti ini bintang-bintang tidak akan muncul sebanyak sekarang ini.

Memandangi langit seperti ini adalah kegiatan favoritnya. Karena dengan begini, Mama dan Papanya akan terasa begitu dekat.

Tanpa diduga-duga ada sepasang tangan memegang pundaknya. Prilly pikir itu adalah tantenya. Cewek itu berbalik untuk memastikan bahwa itu memang Siska. Namun saat cewek itu menoleh ternyata itu bukan Siska melainkan Ali.

"Lo gila ya?," tanya Prilly setengah menjerit karena tidak menyangka kehadiran Ali yang tiba-tiba saja muncul di balkon kamarnya.

Mau tak mau cowok itu membekap mulut Prilly karena takut suara cemprengnya membuat orang-orang di rumah Prilly terbangun.

Ali sudah bersusah payah untuk mengendap-endap supaya bisa sampai ke balkon kamar Prilly dengan cara menaiki tangga cadangan yang ada di dekat garasi rumah cewek itu.

"Shut, jangan berisik" perintah Ali sambil meletakkan telunjuknya di bibirnya.

Posisi mereka sangat dekat kali ini, hanya ada angin sebagai pembatasnya. Prilly bisa melihat wajah cemas Ali yang terlihat sangat ketakutan.

Sesaat kemudian pandangan mereka kembali bertemu. Bola mata hazel milik Prilly kembali membius mata hitamnya. Jika saja Ali bisa menghentikan waktu seperti Do Min Joon pemain my love from the star, Ali akan melakukannya saat itu juga. Tapi sayangnya itu hanya ada dalam imajinasinya saja.

Prilly melepaskan tangan Ali dari mulutnya secara paksa walaupun sebenarnya cewek itu juga menginginkan waktu seperti ini lebih lama lagi, tapi cewek itu benar-benar bisa kehabisan nafas jika dalam keadaan yang seperti itu terus.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang