Pertemuan bukanlah sesuatu hal tanpa makna. Tuhan mengaturnya sedimikan rupa.
Bertemu, berpisah lalu bertemu kembali dengan keadaan yang sudah berbeda.
•
•
•Kini Prilly berdiri di depan sebuah rumah besar berwarna coklat muda. Halamannya tidak terlalu luas, hanya ada sebuah garasi di bagian samping. Terlihat dari bangunannya mungkin hanya bisa menampung dua buah mobil saja.
Sementara di bagian depan terdapat banyak sekali pot-pot bunga yang terlihat sangat indah, sepertinya pemiliknya sangat merawat semua tanaman itu.
Sejak 10 menit berdiri, entah sudah berapa kali Prilly membolak-balik kertas berbentuk segi empat yang ada di tangannya. Bolak-balik juga ia membacanya, takut barangkali salah alamat.
Tertulis di kertas itu,
Resi Widyawati
CEO
Jln. Juanda no. 114, Jakarta Utara
022-690254582Cewek itu memutuskan memberanikan diri untuk masuk, pintu gerbang yang tidak dikunci memudahkannya untuk berada di depan pintu rumah berwarna putih pucat seperti saat ini.
Prilly mulai menekan bel nya berharap sang empunya rumah keluar dan menampilkan orang yang benar-benar ia cari.
Tak berapa lama pintu itu berderit dan menampilkan sosok wanita separuh baya yang sama dengan wanita yang waktu itu memberikannya sebuah kartu nama.
"Eh--, kamu?," ujar wanita itu tak percaya. Pasalnya setelah beberapa Minggu yang lalu dia memberikan kartu namanya, Prilly tak kunjung datang. Pada akhirnya wanita ini menganggap bahwa Prilly tidak akan datang. Senyumnya merekah saat itu juga.
"Ayo masuk," ajak wanita itu lagi yang masih menggunakan celemek. Sepertinya wanita ini sedang memasak. Batin Prilly. Tetapi apa rumah sebesar ini tidak memiliki pembantu, mengapa juga wanita ini harus repot-repot memasak.
Prilly ikut masuk saat wanita itu masuk ke dalam rumahnya. Prilly langsung bisa merasakan nuansa Eropa dari dalam ruangan itu. Warna dindingnya yang kuning gading sangat kalem dan memberi nuansa sejuk. Berbeda dengan rumahnya yang hanya bercat putih pucat. Semenjak meninggalnya Mama, rumah itu juga terasa mati. Biasanya setiap tahun Mama akan sibuk mengganti warna dindingnya jika sudah bosan dengan warna yang lama.
"Kamu duduk di sini dulu Tante mau ambilin minum," perintah Resi.
Baru saja Prilly ingin menolaknya tetapi wanita itu keburu pergi meninggalkan Prilly sendiri di ruang tamu rumahnya.
Prilly memutuskan untuk duduk di sofa seperti yang diminta oleh wanita itu tadi. Matanya mulai bergerak acak melihat-lihat isi ruangan ini. Fokusnya jatuh pada salah satu bingkai foto yang mengurung potret tiga orang manusia di dalamnya.
Penasaran, Prilly memilih mendekati bingkai foto itu yang tersusun rapih di atas bufet di samping sofa tempatnya duduk tadi.
Saat foto itu benar-benar sudah ada di tangannya, Prilly mengamati potret itu. Sepertinya mereka bertiga adalah sebuah keluarga. Sama seperti keluarganya, hanya ada Papa,Mama dan dirinya.
Tetapi tunggu dulu, Prilly seperti pernah melihat potret anak kecil itu. Cewek itu mulai mengingat-ingat dan memutar memorinya.
Ya, Prilly ingat. Anak cowok itu adalah orang yang sama dengan anak cowok yang ikut berfoto dengan keluarganya. Prilly mencoba memperjelasnya sekali lagi, dan Prilly merasa dia tak mungkin salah.
***
Tak berapa lama, Resi datang membawa dua gelas jus jeruk di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitions {END}
FanfictionFollow dulu sebelum baca untuk dapat baca part yang lengkap. Ini bukan kisah badboy yang jatuh cinta pada goodgirl. Atau kisah goodboy yang jatuh cinta pada badgirl. Ini kisah jatuh bangun Prilly dalam kehidupan yang membuat ia harus berambisi dan t...