Ambitions 33

5.8K 442 18
                                    

Dalam kenangan yang perlahan mulai berubah, bukti kebersamaan kita akan tetap abadi
Karena kau mengatakan padaku perasaanmu tak kan lenyap meskipun dunia ini hilang, kau akan selalu di sisiku.



"Ayo dong Ri Lo makannya harus semangat," seru Prilly.

"Gimana mau cepat sembuh kalo makan aja susah," ujarnya lagi untuk menyemangati Rianti.

Ali yang duduk di sofa ruang rawat Rianti tersenyum karena ketulusan Prilly yang sabar dan telaten dalam merawat Rianti.

"Gue kangen Damar Prill," lirih Rianti.

Prilly menghela nafas karena mendengar ucapan Rianti barusan. Prilly tidak habis pikir, sepenting itukah Damar bagi Rianti sehingga masih sempat memikirkan cowok brengsek itu.

Jika saja suatu saat nanti Ali bertindak seperti Damar, Prilly berjanji akan memusnahkan cowok itu dari pikirannya.

Damar memang benar-benar cowok brengsek. Dulu dia begitu menyayangi Rianti sampai rela memendam perasaan demi membuat Rianti bahagia bersama orang yang dicintainya.

Lalu saat Rianti berada di level paling rendah dalam hidupnya, tiba-tiba Damar menghilang dengan meninggalkan luka yang amat sakit bagi Rianti dan bagi siapa saja yang ada diposisi Rianti.

"Nanti gue sama Ali bakalan cari Damar lagi sampai ketemu," ujar Prilly. "Tapi Lo harus makan dulu," bujuk Prilly.

"Beneran?," raut wajah muram itu kembali terlihat ceria meskipun masih ada kekosongan pada tatapan matanya.

"Iya, ayo makan." Prilly menyuapi Rianti yang sudah mau membuka mulutnya.

Akhirnya Ali bisa bernafas lega karena Prilly berhasil membujuk Rianti untuk makan. Pasalnya Ali sudah hampir kewalahan untuk membujuk Rianti tapi cewek itu bersikeras tidak ingin makan.

Prilly dengan telaten menyuapi Rianti makan lalu membantu cewek itu untuk meminum obatnya.

Setelah semuanya selesai, Rianti nampak tertidur. Mungkin karena efek obat atau karena efek lelah memikirkan Damar yang tidak ada kabarnya.

Ali melirik Rianti yang sudah tertidur di brankar nya, kemudian cowok itu bernafas lega lalu tersenyum hangat kepada Prilly.

"Makasih ya," ujar Ali tulus.

Prilly mengangguk dan membalas senyuman Ali. Cewek itu sekarang lebih banyak tersenyum dan membuatnya menjadi lebih cantik.

"Jadi makin cinta," goda Ali yang tampak menahan senyum sambil menggigit bibir bawahnya.

"Apaan sih Li, Rianti baru tidur. Nanti kalo dia bangun gara-gara gombalan receh Lo gimana,?" gerutu Prilly. Pipinya nampak memerah karena godaan Ali tadi.

"Cie pipinya merah. Pake blush on berapa kilo buk?." Ali semakin gencar menggoda kekasihnya itu.

Dengan sangat gemas Prilly bangkit dari duduknya dan menghampiri Ali lalu siap-siap melayangkan tabokannya.

"Iya-iya ampun. Jangan ditabok juga kali pacarnya," mohon Ali sambil terkekeh kecil karena melihat Prilly yang nampak salah tingkah.

"Kalo pacarnya ngeselin ya terpaksa ditabok," ujar Prilly.

"Jangan ditabok tapi dicium aja," ujar Ali santai sambil menunjuk pipinya seperti orang yang minta dicium.

Dasar Ali ga tau tempat sama situasi apa. Rianti lagi sakit Li. Ini di rumah sakit, di kamar Rianti. Sadar woiii. Batin Prilly.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang