Ambitions 5

5.7K 426 2
                                    

"Terkadang seseorang yang bisa menolongmu hanya KAMU sendiri"



   Prilly memegang gelas susu yang dibuatkan oleh tantenya tanpa niat meminumnya sama sekali. Prilly tampak tidak bersemangat hari ini.

    Dari tadi yang Prilly lakukan hanya melamun dan melamun. Beban pikirannya seakan bertambah karena ucapan Ali selalu terngiang-ngiang di benaknya.

   "Sayang.. kok rotinya ga dimakan? Susunya juga kenapa ga diminum?" tanya Tante. Walaupun setiap sarapan hanya hening yang tercipta, tetapi Tante tidak pernah melihat Prilly seperti ini. Jadi Tante memutuskan untuk bertanya kepada Prilly.

   "Prilly ga laper Tante" ujar Prilly. Prilly berniat bangkit dari duduknya.

   "Sayang, kamu kenapa? Cerita sama Tante" ujar Tante lagi.

   Om Prass hanya bisa diam melihat hal ini. Prass tau bahwa Prilly saat ini sedang tidak enak hati.

   Prilly tidak menjawab, Prilly meraih tangan Tante Siska dan Om Prass untuk disalami.

   "Prilly berangkat om, tante" ujar Prilly seadanya. Prilly meninggalkan Om dan Tante yang masih penasaran dengan sikap Prilly pagi ini.

   "Udah jangan khawatir, aku yakin Prilly baik-baik aja" ujar Om Prass menenangkan istrinya itu.

   "Tapi mas, aku sebenarnya khawatir banget sama Prilly. Semenjak meninggalnya mbak Risa dan Mas Yogi, Prilly banyak berubah" ujar Siska.

   "Prilly anak yang kuat, kamu harus percaya sama dia. Yang harus kita lakuin adalah terus dukung Prilly dalam keadaan apapun" ujar Prass.

   Siska mengangguk membenarkan ucapan suaminya bahwa Prilly adalah anak yang kuat. Prilly selalu berusaha tegar dalam keadaan apapun.

   "Yaudah, aku berangkat ya" Siska menyalami tangan suaminya dan Prass mencium kening Siska.

   "Hati-hati mas" ujar Siska. Prass mengangguk kemudian pergi untuk berangkat ke kantor. Semenjak papa Prilly meninggal, urusan kantor diserahkan kepada Om Prass, karena Prilly belum cukup umur untuk mengelola perusahaan almarhum papa nya itu.

   Sementara Prilly memesan gojek online dari ponselnya. Prass tau bahwa Prilly tidak ingin berangkat bersama. Prass berharap bahwa suatu saat nanti Prilly bisa menghilangkan traumanya itu dan kembali hidup normal seperti dulu.

   Sejujurnya Prass juga merasa kehilangan Prilly yang dulu, Prilly yang selalu ceria dan selalu tersenyum. Seandainya saja kecelakaan itu tak merenggut nyawa kakak ipar dan suaminya, mungkin saat ini semuanya akan baik-baik saja. Tetapi menyesali takdir bukanlah jalan terbaik, mungkin Prilly membutuhkan waktu lebih lama lagi agar bisa menutup luka di masa lalunya.

***

   "Nah ini dia orangnya. Gue tungguin dari tadi juga" celetuk Damar saat melihat Ali dan Rianti sudah masuk ke dalam kelas.

    "Udah kali gandengannya, udah di kelas ini" timpal Riky.
Ali menoyor kepala Riky dengan gemas. Damar dan Riky tertawa geli melihat Ali yang salah tingkah itu.

   "Ri, Ali nya kita pinjem dulu ya" ujar Damar. Rianti mengangguk malu saat mendengar ucapan Damar itu.

   Ali meletakkan tasnya ke mejanya kemudian mengikuti Damar dan Riky keluar dari kelas. Saat di pintu, Ali, Damar dan Riky berpapasan dengan Prilly.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang