Ambitions 23

5.3K 361 10
                                    

Cinta? Apakah kata itu cukup bisa dirasakan jika disandingkan dengan 'nyaman'.
Ada banyak definisinya, namun yang paling sederhana adalah jika disampingnya kita merasa lupa waktu.


Matahari sudah naik ke permukaan beberapa jam yang lalu. Akan tetapi Prilly masih saja bergelung dengan selimutnya. Matanya masih enggan untuk terbuka.

Untuk kedua kalinya cewek itu masih terlelap sesiang ini. Berkat kejadian tadi malam, Prilly terpaksa mengalami insomnianya kembali.

Baru saja kembali ke alam mimpi, tiba-tiba saja ponselnya berdering nyaring. Hal ini membuat Prilly menggeliat ke sana kemari karena merasa terganggu.

Tidak berhenti di dering pertama, ponselnya kembali berdering untuk kedua dan kesekian kalinya dan hal ini benar-benar membuat Prilly merutuk. Siapa yang mengganggunya di Minggu pagi seperti ini. Ini hari pertamanya liburan semester, sebutlah ia ingin bermalas-malasan kali ini. Toh tantenya saja tidak membangunkannya.

Dengan rasa malas dan mata yang masih terpejam, Prilly menggerakkan tubuhnya untuk bisa sampai ke samping ranjang tempat ia meletakkan ponselnya lalu tangannya meraba-raba meja itu.

Setelah berhasil mendapatkan ponselnya, Prilly meletakkannya pada telinganya. "Halo," sapa Prilly dengan suara parau khas bangun tidur.

Tapi tidak ada yang menyahut. Ini membuat Prilly semakin kesal karena ternyata yang menelpon hanya orang iseng. Saat dirinya kembali hanyut dalam tidurnya, ponselnya kembali berdering tepat di telinganya.

Bukan karena orang yang iseng, tetapi karena tadi Prilly belum menggeser tombol hijau. Saat dia menempelkan ponselnya di telinga, nada dering itu keburu habis. Pantas saja saat Prilly menyapa tidak ada yang menyahut.

Terpaksa matanya melotot tiba-tiba karena merasa pekak di telinga. Prilly mengambil ponselnya dari telinganya kemudian menggeser tombol hijau tanpa melihat siapa caller id nya.

"Halo," sapanya kembali.

"Lo ditelpon berapa kali juga kenapa ga angkat-angkat?," gusar suara di seberang sana.

Bukannya menjawab, cewek itu malah memindahkan ponsel dari telinganya untuk melihat siapa pemanggil itu.

Ali-en

Ini bukan mimpi kan. Prilly menampar-nampar pipinya. "Awshh" ternyata sakit dan dia tidak sedang bermimpi saat ini.

"Halo.. Prill kenapa diam?," suara Ali kembali terdengar karena Prilly tak kunjung berbicara.

Dengan berat hati Prilly meletakkan kembali ponselnya di telinga. "Gue baru bangun. Lo kenapa nelpon gue?," balas Prilly tak kalah kesalnya.

"Keterlaluan banget sih Lo. Kita kan ada janji hari ini," nada kecewa terdengar dari seberang sana.

Prilly mendesah karena melupakan janji tadi malam. Matanya langsung mencari letak jam dinding untuk mengetahui pukul berapa saat ini.

"Ah iya gue lupa. Batalin aja deh," jawab Prilly dibuat-buat seperti tak merasa bersalah sedikitpun. Padahal dalam hatinya sangat merasa bersalah pada Ali.

"Batalin Lo bilang? Enggak, enggak ya Prill. Gue kasih waktu satu jam untuk Lo siapan," teriak Ali.

"Lo kok maksa, gue bilang batalin aja. Lain kali aja," balas Prilly lagi.

"Enggak ada penolakan. Cepetan mandi gue otw ke rumah Lo bye," Ujar Ali.

Baru saja Prilly mau menjawab, sambungan telepon itu sudah terputus. Prilly tampak frustasi dan mengacak rambutnya.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang