Ambitions 16

5.7K 389 6
                                    

Banyak yang berpikir bahwa dirinya jauh lebih baik dari orang lain, tetapi nyatanya mereka sama saja atau bahkan lebih buruk daripada orang lain itu.





Wanita cantik berusia 28 tahun itu sibuk menimang-nimang selebaran kertas yang baginya terlihat sangat menarik. Tetapi dia butuh pertimbangan yang lebih matang untuk itu.

"Maaf Bu, ibu panggil saya?" tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan wanita itu.

"Silahkan duduk" ujar wanita cantik itu.

Yang disuruh langsung duduk di kursi yang telah disediakan tepat di hadapan wanita itu, dia adalah Bu Ernis, guru kesenian sekaligus penanggung jawab ekskul musik di SMA Cakra Buana. Sedangkan yang baru saja datang adalah Prilly, vokalis serta kebanggaan Bu Ernis.

"Begini Prill, saya baru saja dapat brosur menarik dari teman saya yang ngajar di SMA Karya Jaya, coba kamu liat dulu" jelas Bu Ernis sembari menyerahkan brosur itu pada Prilly.

Prilly menerimanya kemudian membaca isi brosur itu. Matanya sedikit melebar saat melihat salah satu persyaratan yang tertera di dalam brosur.

"Bu tapi ini..."

"Saya sudah pertimbangkan, kalau kamu mau setuju untuk ikut itu, kita bakalan buka audisinya nanti" tawar Bu Ernis dengan tatapan penuh harap. Prilly ini agak susah diatur, jadi Bu Ernis harus lebih berhati-hati dalam mengatakan sesuatu padanya.

"Ini impian saya sih Bu. Tapi saya ga yakin sama audisinya" ujar Prilly sombong dan bersedekap dada.

"Kita sama-sama usaha prill, kamu harus yakin" Bu Ernis memohon lagi pada Prilly.

"Waktunya udah ga lama Bu. Kita perlu latihan maksimal, terus gimana sama daftarnya, ngurus ini itunya?" tanya Prilly.

"Prill, masalah urusan ini itu, itu urusan saya. Kamu cuma butuh fokus sama keyakinan diri. Oke" ujar Bu Ernis.

"Kita coba deh Bu" ujar Prilly pada akhirnya walaupun masih tidak yakin.

Bagaimana mungkin dalam waktu 2 bulan mereka akan menemukan teman duet Prilly yang pas untuk mengikuti lomba itu. Tertera di sana perlombaan diadakan pada tanggal 26 Agustus sementara ini sudah pertengahan bulan Juni dan itu menandakan siswa-siswi akan ujian kenaikan kelas yang berarti mereka akan libur panjang setelahnya.

"Kita mulai audisinya besok" ujar Bu Ernis semangat. Prilly mengangguk lesu kemudian bergegas keluar dari ruangan Bu Ernis.

Sepanjang koridor Prilly masih memikirkan perkataan Bu Ernis tadi, siapa kira-kira cowok berbakat di sekolah ini yang sudi berduet dengannya. Apalagi salah satu penilaian terpenting di brosur itu adalah pendalaman jiwa atau kematchingan duetnya.

"Prill" panggil Arbani yang menepuk bahu Prilly dari belakang.

Prilly menoleh ke Arbani lalu memasang wajah kesalnya karena dikagetkan seperti itu oleh Arbani. Sedangkan cowok itu hanya bisa cengengesan melihat wajah kesal Prilly.

"Tiap hari muka Lo begitu, gimana orang ga takut coba sama Lo" ujar Arbani di sela-sela kekehannya.

"Males gue kalo dzikir Lo itu-itu mulu" ujar Prilly kesal lalu melanjutkan jalannya. Arbani mengekor kemana Prilly pergi.

Saat itu mereka berpapasan dengan Ali dan Rianti yang juga tengah berjalan di koridor. Ali menatap Prilly penuh arti sedangkan yang ditatap membuang pandangannya ke sembarang arah. Jika melihat Ali rasanya Prilly ingin lenyap saja dari dunia ini karena waktu itu Ali hampir menamparnya gara-gara kesalahpahamannya. Prilly benci disalahkan padahal itu bukan kesalahannya.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang