Saat semuanya hilang,kita akan mencari tau apa yang benar-benar tersisa. Dan saat kita menyadarinya, kita tidak pernah tau apa yang pernah kita punya.
•
•
•Malam ini sama seperti malam-malam kemarin, di sini hanya ada Ali, Prilly, Rianti dan Ricky. Sudah hampir dua Minggu Rianti dirawat di sini. Ada luka di bagian tulang dadanya yang cukup parah sehingga bekas operasinya belum benar-benar pulih.
Ketiga orang itu benar-benar merawat Rianti dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati. Dua hari yang lalu, orangtua Rianti sempat datang untuk melihat keadaan puteri mereka, tetapi karena urusan bisnis yang sangat penting, mereka terpaksa pergi lagi.
Prilly sempat merasa miris melihat keadaan Rianti. Seburuk-buruknya masa lalu yang pernah ia hadapi, ternyata belum sebanding dengan apa yang dirasakan Rianti saat ini.
Bayangkan jika kita sebagai anak semata wayang mengalami kecelakaan parah lalu harus dirawat dan mengalami kebutaan pula, orangtua kita masih lebih mementingkan bisnis mereka. Itu sangat menyakitkan.
Prilly bahkan tidak bisa membayangkan jika ia yang ada diposisi Rianti saat ini. Dia sendiri tidak pernah sedikitpun kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Hanya saja takdir membuat kedua orangtuanya meninggalkannya lebih cepat dari yang ia inginkan.
Sedangkan Rianti, dia masih memiliki orangtua yang lengkap, tapi seolah-olah tidak perduli pada puteri mereka. Untuk itu Prilly, Ali dan Ricky selalu berusaha menghibur Rianti. Ujian pasti berlalu dan berganti dengan kebahagiaan. Seperti yang dirasakan oleh Prilly saat ini.
"Kenapa?," tanya Ali lembut.
Ternyata sedari tadi Prilly tidak ikut dalam pembicaraan mereka, bagaimana ingin ikut, Ali, Ricky dan Rianti saja saat ini tengah bercerita tentang masa-masa kebersamaan mereka berempat bersama Damar. Bahkan lawakan Ricky saja tidak sempat didengar oleh Prilly.
Cewek itu malah terhanyut akan rasa mirisnya saat mengingat posisi Rianti yang sangat menyedihkan. Tawa Rianti saja terasa hambar ditelinga Prilly.
Prilly memecahkan lamunannya dan menoleh ke arah Ali yang setengah berbisik tadi.
"Ga apa-apa," jawab Prilly seadanya.
Ali menaikkan sebelah alisnya. Cowok itu tau bahwa pacarnya ini sedang memikirkan sesuatu.
"Beneran?," tanya Ali lagi.
Prilly mengangguk kecil. Ini membuat Ali ikut kembali bergabung dengan obrolan mereka tadi.
Ingin ikut berbicara, Prilly bukanlah tipe humble seperti yang lainnya. Apalagi topik pembicaraan mereka mengarah kepada masa-masa kedekatan mereka dulu saat ketiganya bersahabat dengan Damar.
Jahat banget sih Li. Aku juga kalo jadi Prilly mending diam daripada sok asik tiba-tiba ikut ngobrolin tentang hal yang dia tidak tau sama sekali alur ceritanya. Yang Prilly tau kalian sering bermesra-mesraan di sekolah.
Sebenarnya Ali juga merasa tidak enak sih. Tapi mau bagaimana lagi, hanya topik pembicaraan itu yang membuat Rianti tertarik.
Jadi mau tidak mau, Ali menurut saja pada Ricky yang sedari tadi tidak berhenti mengoceh. Sementara Ali sesekali melirik Prilly yang sedari tadi diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitions {END}
FanfictionFollow dulu sebelum baca untuk dapat baca part yang lengkap. Ini bukan kisah badboy yang jatuh cinta pada goodgirl. Atau kisah goodboy yang jatuh cinta pada badgirl. Ini kisah jatuh bangun Prilly dalam kehidupan yang membuat ia harus berambisi dan t...