Ambitions 7

6.1K 420 3
                                    

Temukan sisi lainnya
Kau akan jatuh cinta padanya.
Tak perduli seberapa banyak yang membencinya, kalau sudah cinta Tuhan pun tak melarang


Hari Rabu kali ini langit Jakarta diterpa mendung, entah karena hari itu sudah masuk tanggal satu di bulan ke enam entah karena musim penghujan memang sudah saatnya, rasanya akhir-akhir ini langit Jakarta selalu kelabu.

Gojek online yang ditumpangi oleh Prilly menepikan sepeda motornya di dekat halte karena tetesan-tetesan kristal dari langit mulai turun.

Prilly yang heran karena gojek yang dinaikinya tiba-tiba berhenti mendadak turun dari sepeda motor itu.

"Pak kok berhenti?" tanya Prilly heran.

"Maaf dek, udah mau hujan. Bapak lupa bawa mantel. Daripada adek nanti basah kuyup, mendingan adek turun di sini aja" ujar tukang ojek itu dengan nada penyesalan.

"Yah pak, jadi saya naik apa dong ke sekolah, belum hujan kok pak. Lanjut lagi ya" pinta Prilly.

"Maaf dek, saya gak bisa kenak hujan. Adek pesan gojek aja lagi yang kira-kira ada mantelnya. Kalo dia bawa mantel, dia pasti nerima orderan adek kok" ulang bapak itu lagi.

Prilly mendesah kemudian meraih satu lembar dua puluhan untuk membayar gojek itu. Prilly tidak sejahat yang kalian pikirkan guys.

"Ga usah dek, pegang aja" ujar Bapak itu.

"Ga bisa gitu pak, saya kan udah setengah jalan. Udah ambil aja" ujar Prilly.

"Makasih ya dek. Saya deluan. Takut ujannya deres" ujar Bapak itu yang mengantongi uang dari Prilly kemudian menyalakan sepeda motornya dan berlalu dari hadapan Prilly.

Tinggallah Prilly di halte itu seorang diri. Prilly melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aduh mana setengah jam lagi udah bel" ujar Prilly tak enak.

Prilly mengecek ponselnya untuk memesan gojek online lagi, namun Prilly tidak ingat bahwa dirinya tadi malam lupa mencharge ponselnya itu.

Prilly mendesah. "Sial" geram Prilly. Kalau sudah begini, bagaimana Prilly bisa sampai di sekolah tepat waktu. Ya ampun Prilly, malang banget.

Prilly duduk di halte itu dengan gelisah. Tetesan-tetesan air hujan itu berubah menjadi lebat dan angin bergemuruh. Prilly mengeratkan sweater baby blue nya itu ke tubuhnya.

Tak berapa lama sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan halte tempat Prilly bernaung.

Prilly yang fokus dengan sepatunya tak sadar bahwa pintu mobil sport itu terbuka dan menampilkan seorang cowok ganteng, siapa lagi kalau bukan Ali.

Ali dengan sigap berlari dari pintu itu dengan menggunakan payung yang selalu disediakannya di dalam mobil.

"Heh, ngapain Lo di sini" ujar Ali karena Prilly tak kunjung menyelesaikan lamunannya.

Prilly melihat sepasang sepatu di depannya langsung menoleh ke atas dan mendapati wajah Ali yang sudah sedikit basah oleh air hujan.

Ali membenarkan letak rambutnya dan mengelap sedikit air hujan yang mengenai wajahnya. Prilly merasa tingkat ketampanan Ali bertambah satu level jika sedang dalam keadaan seperti ini.

"Woy" ujar Ali melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Prilly.

"Apaan sih" ujar Prilly yang menepis tangan Ali.

"Gue tau kalo gue ganteng, tapi ga usah segitunya" ujar Ali bangga.

"Najong" ujar Prilly malas lalu membuang pandangannya ke sembarang arah.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang