Ambitions 11

5.1K 370 4
                                    

Tanggal yang dinanti-nanti sudah tiba. Ini adalah tanggal kelahiran Renata yang artinya nanti malam pesta ulangtahun Renata akan diadakan.

"Heh, Lo masih inget tantangan gue kan?" Seringai Renata pada Prilly yang baru saja keluar dari kelas.

Renata sengaja memanas-manasi Prilly agar Prilly terpancing untuk datang ke pestanya.

"Gue ga tertarik" ujar Prilly datar.

"Lo yakin ga tertarik? Lo mau dong liat Ali sama Rianti makin mesra nantinya" ujar Renata tak menyerah.

"Itu bukan urusan gue" sergah Prilly dengan nada sebiasa mungkin. Prilly tidak ingin terlihat lemah di hadapan Renata. Nyatanya Prilly tidak ingin hal itu terjadi. Semakin ke sini, Prilly semakin nyaman berada di samping Ali. Ali juga semenjak kejadian di taman waktu itu sudah tidak terlihat begitu terpaksa lagi berada di samping Prilly.

"Ok kalo gitu, gue sih ga masalah. Mau Lo Dateng atau enggak, gue ga rugi-rugi banget" ujar Renata.

"Yang rugi itu Lo karena Lo bakalan ngelewatin moment bersama Ali" lanjut Renata kemudian pergi meninggalkan Prilly.

Prilly mematung di depan pintu kelas mendengar ucapan terakhir dari Renata. Tangannya mengepal, Prilly tidak tau apa langkah yang akan ia ambil berikutnya. Prilly tau bahwa Ali tidak akan pergi bersamanya karena sudah ada Rianti yang meminta Ali terlebih dahulu.

"Lo masih di sini?" Tanya Ali karena tadi Prilly bilang kalau dia tidak mau pulang bersama kali ini.

Prilly bungkam. Kalimat apa yang harusnya ia lontarkan untuk Ali. Ingin sekali rasanya untuk memohon kepada Ali agar ia mau pergi bersama ke pesta Renata nanti malam. Karena Prilly tidak ingin dikatakan seorang looser oleh Renata.

"Hp gue mati, lupa nge-charge" ujar Prilly.

"Hubungannya?" tanya Ali tak paham.

"Gue ga bisa mesan gojek lah" sahut Prilly emosi karena Ali tak peka dengan maksudnya.

"Yaudah ayok bareng" ajak Ali.

"Tapi tadikan gue udah bilang kalau kita ga usah barengan kali ini" ujar Prilly.

"Jadi sekarang mau Lo gimana? Atau gue pulang deluan deh" kesal Ali.

"Eh tunggu.." ujar Prilly. "Yaudah gue ikut" karena tak punya pilihan lain, Prilly akhirnya memutuskan untuk tetap pulang bersama Ali.

"Yaudah buruan" ujar Ali sambil berjalan deluan meninggalkan Prilly yang masih berdiri di tempatnya itu.

Prilly menurut mengekori Ali menuju parkiran tempat Ali meletakkan motornya.

Saat sudah di parkiran. Ali mengeluarkan kunci sepeda motornya dari saku celana. Kemudian Ali mengambil helm miliknya dan memberikan helm yang biasa Prilly gunakan.

"Nih" ujar Ali yang memberikan helm pada Prilly. Prilly mengambil helm itu dan memasangnya.

"Cepat naik" suruh Ali. Tanpa banyak cerita, Prilly naik ke motor Ali. Setelah itu Ali melajukan sepeda motornya meninggalkan sekolah mereka.

Selama di perjalanan mereka tidak banyak bicara. Prilly bungkam dan Ali memang sudah terbiasa mengalami hal ini. Prilly bukan tipe cewek seperti Rianti. Prilly cenderung lebih banyak diam dibandingkan berbicara.

20 menit perjalanan, mereka sampai ke depan rumah Prilly. Prilly turun dari motor Ali kemudian melepaskan helmnya.

"Li, nanti malem pestanya Renata kan?" tanya Prilly pura-pura lupa.

"Iya, Lo Dateng?" Ini pertanyaan yang sama dari Ali. Ali berharap Prilly akan datang.

"Gue udah bilang, tergantung. Kalo Lo jemput, gue dateng" ujar Prilly berharap Ali akan menjemputnya.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang