Ambitions 24

5.2K 342 0
                                    

Pada ratusan kehidupan, pada ratusan dunia, pada banyaknya versi realita,
Aku akan menemukan mu
dan memilih mu
Percayakan pada takdir
Bahwa kau dan aku memang bersama.


Sesuai rencana mereka, saat ini Ali dan Prilly sedang berada di Yogyakarta. Kedua insan itu sampai pagi-pagi sekali dengan lelah yang tercetak di wajah masing-masing.

Keberangkatan mereka melalui proses dan perjuangan yang sangat panjang.

Pertama Ali mendapat penolakan oleh Mama nya, bahaya katanya. Kalaupun mereka pergi Mama nya harus ikut. Rintangan ini akhirnya bisa ia lalui dengan alasan ingin memiliki waktu berdua saja dengan Prilly.

Kedua Ali meminta izin pada Bu Ernis untuk cuti latihan musik selama beberapa hari. Bu Ernis melakukan penolakan secara langsung bahkan tidak ada bantahan. Rintangan ini juga bisa ia lalui dengan alasan ingin mencari inspirasi bersama Prilly agar penjiwaan mereka lebih dalam.

Ketiga bukan soal Ali, tapi Prilly. Om Prass dan Tante Siska menolak secara langsung dengan alasan Prilly tidak akan baik-baik saja berada di dalam mobil. Satu jam saja belum tentu Prilly bisa apalagi berjam-jam seperti itu.

Dengan berbagai alasan Prilly memohon pada Om Prass dan Tante Siska. Siska yang seorang wanita lebih dulu luluh dan akhirnya membantu Prilly untuk membujuk Om Prass.

Dan yang keempat mereka berdua harus pergi mengendap-endap agar makhluk bernama Arbani tidak mengetahui kepergian mereka berdua. Meski mereka tau cepat atau lambat Arbani juga akan mengetahuinya. Masa bodo dengan itu, yang penting mereka berangkat tadi malam tanpa diintili oleh Arbani. Wkwkwkwk kesian beut lu Ban.

Ali yang menyupir semalaman terlihat sangat lelah. Saat ini Ali menghentikan mobilnya di depan rumah lamanya yang berada di Yogya.

Ali menoleh ke samping dan menemukan Prilly masih terlelap di kursi penumpang. Wajahnya begitu teduh, tidak dingin dan datar sama sekali. Inilah sisi lain dari Prilly, Ali membatin.

Sebuah lengkungan tercipta di bibir Ali, lelah di dirinya seakan hilang saat melihat mata Prilly mulai terbuka dan mengerjap beberapa kali.

"Kita udah sampe?," pertanyaan polos dari Prilly semakin membuat Ali gemas. Sesaat kemudian Ali mengangguk.

"Kita istirahat dulu. Ini rumah gue, di dalam ada mbak Salma dan mas Ujang," ujar Ali kemudian membuka pintu mobilnya dan keluar.

Prilly melakukan hal yang sama. Membuka seat belt nya lalu membuka pintu mobil dan berjalan ke belakang untuk mengambil koper kecilnya.

Sebenarnya Prilly tidak berniat membawa barang sebanyak itu. Dia cuma tiga hari di Yogya, tapi tantenya benar-benar memaksanya untuk membawa semua barang itu. Prilly tidak serempong itu guys.

"Mau ngapain?," tanya Ali saat melihat Prilly menghampirinya ke belakang mobil.

"Siniin koper gue," pinta Prilly.

"Kan ada gue, Lo langsung masuk aja udah ditunggu mbak Salma," ujar Ali masih sibuk mengeluarkan barang bawaan Prilly.

"Gue ga mau ngerepotin," ujar Prilly datar.

"Udah sana, pangeran ga akan biarin tuan puterinya capek gara-gara bawa koper," perintah Ali dengan gombalan recehnya.

Bukan hati memanas atau pipi bersemu Prilly malah memutar bola matanya jengah. Gombalan receh Ali tidak cukup tajam untuk menembus hatinya tapi masih berhasil membuat Prilly menahan senyumnya.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang