Ambitions 15

5.6K 422 6
                                    

Menjadi kuat bukan berarti menjadi buruk. Cobalah tata ulang diri kita agar menjadi lebih baik




Semenjak kedatangan Arbani beberapa minggu yang lalu, bisa dikatakan Prilly sedikit berubah. Gadis itu mulai terbiasa melengkungkan bibirnya kembali meskipun sifatnya masih belum bisa dikatakan berubah seperti dulu.

Prilly saat ini sedang berada di depan cermin rias kamarnya dan menatap dalam-dalam akan dirinya. Kata-kata Arbani selalu terngiang-ngiang di benaknya.

"Lo harus tunjukkin kalo Lo ga pantes untuk dibenci"

"Gue ga yakin"

"Kembali ke diri Lo yang dulu. Bukan berarti Lo lemah, tapi Lo harus buktiin kalo seorang Prilly itu ga seperti yang mereka pikirin"

Beberapa hari yang lalu terjadi accident kecil di kantin yang mengharuskan Prilly bertengkar lagi dengan Renata. Prilly benar-benar tidak habis pikir dengan Renata, padahal Prilly sudah resmi mengundurkan diri dari sekertaris OSIS dan disetujui oleh pak Bima. Sedangkan Renata telah diangkat menjadi penggantinya. Tetapi Renata masih belum berhenti mencari gara-gara kepada Prilly.

Dan ya, Ali selalu menilai bahwa Prilly lah yang salah dalam hal ini, bahkan dalam segala hal, Ali selalu menyudutkan dirinya.

Prilly mati-matian untuk tidak menjatuhkan air matanya karena disalahkan seperti ini oleh Ali. Tetapi Prilly juga seorang wanita yang hatinya akan hancur jika disalahkan oleh orang yang dia sayangi apalagi kesalahan itu bukan murni dari kesalahannya.

Tetapi Prilly beruntung karena kali ini ada Arbani, orang yang akan menjadi sahabat dan orang yang akan selalu membela Prilly dalam keadaan apapun. Bukan membenci, tetapi cowok itu berusaha memberikan kekuatan pada Prilly agar kembali ke dirinya yang dulu. Meskipun sulit, namun ia harus mencobanya.

Bukan berarti Prilly ingin disenangi oleh orang banyak, tetapi setidaknya hidupnya akan jauh lebih tenang tanpa embel-embel kebencian semua orang untuk dirinya.

Saat Prilly hendak bangkit, gadis itu seperti melihat pantulan suatu benda di cermin. Prilly berusaha mencari asal pantulan itu dan ternyata itu datang dari kolong tempat tidurnya yang tidak terlalu jauh.

Prilly berusaha meraih benda itu dan sedikit mengusap abu yang menutupinya. Ternyata itu adalah sebuah kalung yang sudah lama ia cari-cari.

"Ma Prilly ga hilangin kalungnya" Prilly berkata pada dirinya sendiri. Itu adalah salah satu kalung berharga bagi Prilly. Kemudian gadis itu memakaikan kalung itu di leher jenjangnya.

Ada perasaan senang saat dia berhasil menemukan benda yang beberapa tahun ini telah ia cari. Prilly masih yakin bahwa kalung itu sebenarnya tidak hilang.

Tiba-tiba ponselnya bergetar dan menampilkan pesan dari Arbani.

Bani

Prill sorry ga bisa jemput. Lo langsung aja ya ke kafe biasa tempat kita nongkrong dulu.

Setelah mendapatkan pesan dari Arbani, Prilly beranjak dari duduknya untuk keluar. Kali ini mereka ada janji untuk hang out bersama. Untuk membiasakan diri lagi bahwa mereka pernah sedekat jari telunjuk dan jari tengah.

Jujur, Arbani sebenarnya juga agak sedikit risih karena Prilly yang selalu menjaga jarak dengannya. Untuk itu Arbani meminta Prilly agar membiasakan diri lagi.

Prilly membuka pintu kamarnya dan mendapati Tante Siska yang baru saja ingin mengetuk pintu kamarnya. "Mau kemana sayang?" Tanya Siska pada Prilly.

Ambitions {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang