.
.
.
.
.
Ombak yang menerjang pantai biasanya menenangkan Jungkook. Dia sudah terbiasa duduk di dek ini mengamati air sejak masih kecil. Ini selalu membantunya menemukan sisi pandang yang lebih baik dalam banyak hal. Namun itu tidak berpengaruh lagi untuknya.
.
Rumah sudah kosong. Ibu dan...pria yang Jungkook ingin agar ia terbakar selamanya di neraka sudah pergi, segera setelah kembali dari Alabama tiga minggu yang lalu. Dia merasa begitu marah, rusak, dan liar. Setelah mengancam nyawa pria yang dinikahi ibu, Jungkook mendesak mereka untuk segera pergi. Jungkook tidak ingin melihat salah satu dari mereka. Dia harus menelepon ibunya dan bicara dengannya tapi dia belum mampu memberanikan diri untuk melakukan itu.
.
Memaafkan ibu lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan. Somi, adik kesayangannya, mampir beberapa kali dan meminta Jungkook agar bicara dengannya. Ini bukanlah kesalahan Somi tapi Jungkook juga tidak bisa bicara dengannya tentang hal ini. Somi mengingatkannya tentang sesuatu yang telah hilang. Sesuatu yang pernah hampir dia miliki. Sesuatu yang tak pernah berharap bisa dia temukan lagi.
.
Ada gedoran keras berasal dari dalam rumah dan membuyarkan lamunan Jungkook. Berbalik, menoleh dan menyadari ada orang di depan pintu ketika bel pintu berdering diikuti dengan suara ketukan lagi. Siapa itu? Tidak ada yang datang kesini lagi kecuali Somi dan Hoseok sejak Taehyung pergi.
.
Jungkook meletakkan bir di atas meja samping dan berdiri. Siapapun itu, mereka harus punya alasan yang benar- benar kuat mengenai kedatangan mereka ke sini tanpa diundang. Jungkook berjalan melintasi rumah yang tetap bersih sejak kunjungan terakhir Hen, pengurus rumah. Dengan tidak adanya pesta-pesta atau kehidupan sosial maka menjadi lebih mudah untuk menjaga segala benda dari kerusakan dan Jungkook menyadari bahwa dia jauh lebih suka keadaan seperti ini.
.
Ketukan terdengar lagi ketika Jungkook sampai di pintu depan dan menyentaknya hingga terbuka, bersiap untuk memberitahu siapa pun itu agar segera pergi namun tak sepatah katapun sanggup keluar dari mulutnya. Dia bukan seseorang yang Jungkook harap bisa dia lihat lagi. Jungkook hanya bertemu pria itu sekali dan aku langsung membencinya.
.
Sekarang dia ada di sini, Jungkook ingin meraih bahunya dan mengguncangnya sampai ia menceritakan bagaimana keadaan Taehyung. Apakah dia baik-baik saja. Di mana dia tinggal? Oh Tuhan, Jungkook berharap Taehyung tidak tinggal bersamanya. Bagaimana jika dia telah...tidak, tidak, tidak, itu tidak mungkin terjadi. Dia tidak akan mau.
.
Tangan Jungkook mengepal erat membentuk tinju di sisi tubuhnya tanpa alasan. "Aku perlu tahu satu hal," Jimin, pria dari masa lalu Taehyung, berkata saat Jungkook menatapnya dengan pandangan tak percaya dan kebingungan. "Apakah kau," ia berhenti dan menelan ludah. "Apakah kau...meniduri—" Dia melepas topi bisbol dan mengusap rambutnya. Jungkook melihat lingkaran hitam di bawah matanya dan ekspresi lelah di wajahnya. Jantung Jungkook seakan berhenti. Seketika meraih lengan atasnya dan menggoncang tubuhnya. "Di mana Taehyung? Apakah dia baik-baik saja?"
.
"Dia baik-baik saja...Maksudku, dia tidak dalam masalah. Lepaskan aku sebelum kau mematahkan lenganku," bentak Jimin, menyentak lengannya menjauh dari Jungkook. "Taehyung masih hidup dan sehat di Sumit. Itu bukan alasan kenapa aku ada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH [Book 2] ✅
FanfictionKarena kita akan bangkit, setelah semua kejatuhan yang akan berakhir dengan melalui banyak tangis dan air mata.. [Remake from novel 'NEVER TOO FAR'-Abbie Glinnes| KookV - Mpreg ]