Bab 41

3.1K 407 3
                                    

.

.

.

.

.

Taehyung belum lama tertidur saat telepon berdering. Saat ini masih tengah malam dan hanya beberapa orang yang memiliki nomor ponselnya. Perutnya melilit saat meraih ponsel. Itu dari Jungkook.

.

"Halo," kata Taehyung hampir takut pada apa yang akan ia katakan pada Taehyung.

.

"Hei, ini aku." Suaranya seperti ia baru saja menangis. Ya Tuhan... tolong jangan biarkan Nan meninggal.

.

"Apakah dia baik-baik saja?" tanya Taehyung, berharap kali ini Tuhan benarbenar mendengar doa Taehyung.

.

"Dia akhirnya bangun. Dia sedikit bingung tapi dia mengenaliku saat dia membuka mata jadi memorinya baik-baik saja."

.

"Oh terima kasih Tuhan." Taehyung duduk di ranjang dan memutuskan bahwa Taehyung perlu berdoa lebih sering.

.

"Maafkan aku, Tae. Aku benar-benar minta maaf." Suaranya serak. Taehyung dapat merasakan rasa sakit dalam kata-katanya dan Taehyung tak perlu menanyakan apa maksudnya. Ini saatnya. Ia hanya tak dapat mengatakannya.

.

"Tak apa-apa. Rawat saja Somi. Aku benar-benar bahagia dia baik-baik saja Jungkook. Kau mungkin tak percaya itu tapi aku mendoakannya. Aku ingin dia baik-baik saja." Taehyung perlu Jungkook mempercayainya. Bahkan jika tak ada cinta antara Somi dan Taehyung, Somi penting untuknya.

.

"Terima kasih," katanya. "Aku akan pulang. Aku akan berada di rumah tak lebih dari besok malam."

.

Taehyung tak yakin apakah ini artinya ia ingin Taehyung sudah pergi pada saat ia datang atau apakah ia ingin berpamitan secara langsung. Lari akan jauh lebih mudah. Tak harus berhadapan dengannya. Ini sudah cukup menyakitkan lewat telepon. Melihat wajahnya akan sangat sulit tapi

Taehyung tak dapat membiarkannya menghancurkannya. Taehyung memiliki bayi mereka untuk dipikirkan. Ini bukan hanya tentangnya lagi.

.

"Aku akan menunggumu kalau begitu," jawab Taehyung.

.

"Aku mencintaimu." Mendengar kalimat itu lebih menyakitkan dari apapun. Taehyung ingin mempercayainya tapi itu tak cukup. Rasa cinta yang mungkin ia rasakan pada Taehyung tidaklah cukup. "Aku juga mencintaimu," Taehyung menjawab dan menutup telepon sebelum Taehyung bergelung dan menangis sampai tertidur.

.

Bel pintu berdering saat Taehyung baru saja keluar dari kamar mandi. Taehyung meraih pakaian yang telah dia siapkan dan segera berpakaian sebelum membungkus rambutdengan handuk dan segera ke lantai bawah. Saat Taehyung membuka pintu dan melihat ayahnya berdiri di sana Taehyung tak yakin harus berpikiran apa. Apakah Jungkook mengirimnya untuk mengusirnya? Tidak. Jungkook tak mungkin melakukannya. Tapi kenapa ia di sini?

.

"Hey, Taehyung. Aku, uh, datang untuk berbicara padamu." Ia terlihat seperti sudah tak tidur selama beberapa hari dan pakaiannya kusut. Melihat putri yang benar-benar ia cintai di rumah sakit pasti sangat berat untuknya. Taehyung membuang jauh-jauh perasaan pahit itu. Taehyung tak akan berpikiran tentang itu. Ia adalah ayah Somi juga. Setidaknya ia ada untuknya sekarang bahkan jika ia mengacaukan hidup Somi di awal kehidupannya.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang