.
.
.
.
.
Taehyung bertekad untuk bekerja keras setelah peringatan dua minggu dari Namjoon. Jungkook tidak akan berdebat dengannya. Dia setuju untuk semua yang Jungkook minta. Jungkook tidak akan memaksakan keberuntungannya. Jungkook duduk di meja dengan laptop dan secangkir kopi menunggunya selesai bekerja.
.
Namjoon berhenti untuk berbicara dengan Jungkook selama beberapa menit tapi selain itu semua tenang sepanjang sore ini. Kebanyakan orang pergi keluar kota. Johoon ada disana karena Bee tapi Jungkook tidak yakin dia akan tinggal lebih lama. Jungkook melihat tatapan gelisah di matanya beberapa hari yang lalu ketika mereka bermain golf. Taehyung tidak akan tinggal di kota ini lebih dari musim panas.
.
"Apakah kursi ini ada yang punya?" Jungkook mengangkat kepala untuk melihat Yoongi duduk di kursi di sampingnya. Jungkook jarang melihatnya sejak perlombaan golf. Jungkook menatap pada Taehyung yang sedang mengisi air minum seseorang tetapi matanya tertuju pada Jungkook.
.
"Yeah, sudah," jawabnya tanpa melihat pada Yoongi.
.
"Aku tahu kau bertunangan dengan pemuda lucu itu. Semua orang tahu itu. Aku disini tidak untuk menggodamu," jawabnya. Taehyung tersenyum pada Jungkook dan berbalik menuju ke dapur. Sial. Apa arti senyuman itu?
.
"Dia punya cincin berlian di tangannya. Tidak ada yang perlu dia kuatirkan dan dia tahu itu.Tenang, kawan. Kau ketakutan pada hal yang tidak penting."
.
Jungkook mengalihkan perhatian pada Yoongi, "Dia tahu kau kekasih pertamaku. Itu mengganggunya."
.
Yoongi tertawa, "Aku bisa meyakinkanmu kalau memori yang aku miliki dari pengalaman kita dan kenyataaan yang dia hadapi benar-benar berbeda. Aku mendapat perjaka yang terangsang. Dia punya yang profesional."
.
Jungkook berbalik untuk melihat jika Taehyung ada di belakang sana. Jungkook tidak ingin dia mendengar ini. "Duduklah di tempat lain. Dia sedang emosional sekarang. Aku tidak ingin dia marah." Tidak ada yang tahu Taehyung sedang hamil. Jungkook akan membiarkan Taehyung yang memutuskan kapan untuk mengatakan pada orang-orang.
.
"Dia tidak terbuat dari Cina. Dia tidak akan pecah. Apakah dia tahu kau memperlakukannya seperti boneka?"
.
"Ya, aku tahu. Kami baik baik saja akan hal itu," jawab Taehyung saat dia mendatangi meja mereka dan menuangkan kopi di cangkir Jungkook. "Aku tidak percaya kita belum pernah berkenalan. Aku Taehyung."
.
Yoongi mencuri pandang sesaat ke arah Jungkook kemudian berbalik pada Taehyung, "Yoongi."
.
"Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Yoongi. Biasakah aku membawakanmu minuman?"
Ini bukan seperti yang Jungkook harapkan.Bukan karena Jungkook tidak menyukai ini, karena Jungkook menyukainya. Itu artinya Jungkook membuatnya merasa lebih aman bersamanya.
.
"Jika aku meminta Diet Coke apakah dia akan mengayunkanku?" tanya Yoongi. Taehyung tertawa dan menggelengkan kepalanya."Tidak. Dia akan jadi pria yang baik. Aku janji." Kemudian dia menatap Jungkook. "Kau lapar?"
.
"Aku baik," Jungkook meyakinkannya. Taehyung mengangguk dan berjalan menuju dapur.
.
"Aku mungkin sedikit jatuh cinta padanya. Dia seksi. Tapi kemudian ada seseorang yang akan mengikatmu mereka sudah punya paket yang lengkap." Tertawa sembari menyesap kopi. Kemudian menatap pada arah pintu menunggu Taehyung berjalan masuk lagi. Jungkook tidak sabar membawanya pulang.
.
Taehyung tetap bersandar pada kursi sambil menekan kan ciuman pada leher dan menggigit telinga Jungkook. Sulit sekali rasanya untuk tetap fokus dalam perjalanan pulang. "Aku sudah siap untuk menepi dan bercinta dengan tunangan mungilku yang terangsang jika dia tidak berhenti," Jungkook memperingatkan,menggigit bibir bawahnya ketika ciumannya berada terlalu dekat di mulut.
.
"Terdengar seperti janji dari pada tantangan," katanya, menyelipkan tangannya diantara paha Jungkook dan menangkup ereksinya.
.
"Sial, sayang, kau mebuatku gila," Jungkook menggeram, menekan ke tangannya.
.
"Jika aku menghisapnya bisakah kau berkonsentrasi untuk menyetir?" tanyanya saaat Taehyung mulai membuka celana jeans milik Jungkook.
.
"Aku lebih suka membawa kita berdua di bawah pohon palem tapi aku tidak peduli lagi sekarang," jawab Jungkook saat tangan Taehyung meluncur ke bawah di depan celana dalamnya. Untungnya, mereka tidak akan ketahuan. Jungkook memasuki jalanan menuju rumah dan mematikan mobil di taman ketika Taehyung baru saja melepas celana Jungkook. Telponnya berbunyi untuk ketiga kalinya. Jungkook membuatnya bergetar dan hening jadi itu tidak akan mengganggu mereka dengan kilatan cahaya pada layarnya. Ibu telah menelpon tadi ketika Jungkook menunggu Taehyung dan Jungkook sedang tidak ingin menjawabnya. Hanya sekali ponsel itu berhenti kemudian berbunyi lagi. Sialan.
.
Jungkook akan mematikannya atau berurusan dengan ibu. Taehyung memegang kejantanan Jungkook di tangannya jadi Jungkook berfikir kalau mematikan ponsel itu adalah yang terbaik. Menatap ponsel itu Jungkook tahu telpon itu berasal dari nomor luar kota yang terlihat di layar.Kode areanya tidak asing tapi Jungkook tidak bisa mengetahuinya.
.
"Siapa itu?" tanya Taehyung.
.
"Tidak tahu, tapi mereka memutuskannya."
.
Taehyung berhenti menyentuh. "Jawab saja. Aku baik -baik saja dalam beberapa menit."
.
Jungkook menekan tombol jawab. Jungkook perlu melemparkan mereka dan mendapatkan Taehyung. Tapi sebelum Jungkook berkata halo ibunya mulai berbicara dan dunia Jungkook hancur berkeping keping.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH [Book 2] ✅
FanfictionKarena kita akan bangkit, setelah semua kejatuhan yang akan berakhir dengan melalui banyak tangis dan air mata.. [Remake from novel 'NEVER TOO FAR'-Abbie Glinnes| KookV - Mpreg ]