Bab 38

2.5K 395 11
                                    

.

.

.

.

.

Jungkook belum bisa memejamkan mata. Jungkook duduk di kursi kulit di samping tempat tidur rumah sakit dan menatap adiknya. Dia tidak membuka matanya. Monitor berkedip dan berbunyi menandakan bahwa dia masih hidup. Tubuhnya yang diam di tempat tidur dengan kain kasa melilit kepala dan jarum di lengan membuatnya seolah-olah dia sudah meninggal. Kata-kata terakhir yang Jungkook ucapkan padanya sudah cukup keras. Kata-kata Jungkook sekarang tampak kejam. Jungkook hanya ingin dia menjadi dewasa. Sekarang itu mungkin saja tak akan terjadi.

.

Kemarahan yang dia rasakan ketika tiba telah tersingkir darinya ketika Jungkook menjatuhkan pandangan padanya. Hanya melihatnya tak berdaya dan begitu sakit benar-benar menyiksa Jungkook. Jungkook tidak bisa makan atau tidur. Jungkook hanya ingin agar dia membuka matanya. Jungkook harus mengatakan padanya Jungkook mencintainya dan Jungkook menyesal. Jungkook berjanji bahwa dia akan selalu mendapatkan perhatiannya. Tak peduli apapun. Lalu Jungkook tersentak menjauh darinya. Karena Somi tidak bisa menerima Taehyung.

.

Perutnya melilit memikirkan bagaimana Jungkook meninggalkan Taehyung. Matanya terbelalak dan ketakutan. Jungkook salah telah meninggalkankan Taehyung semalam, tapi Jungkook sendiri juga merasa ketakuktan. Jungkook belum bisa meneleponnya. Tidak bisa saat kondisi Somi seperti ini. Jungkook sudah memposisikan Taehyung di atas Nan dan lihat apa yang terjadi pada Jungkook. Kali ini Somi harus mendapat prioritas pertama. Jika Somi tahu kalau Jungkook duduk di sini menunggunya membuka mata. Jungkook tahu dia akan selamat.

.

Pintu terbuka dan Hoseok melangkah masuk. Matanya langsung tertuju ke arah Somi. Rasa sakit yang melintas di matanya tidak mengejutkan. Meskipun Hoseok bersikap seolah ia tidak suka pada Somi namun Jungkook tahu dia peduli padanya. Somi telah menjadi anak akal yang butuh perhatian yang tidak mungkin untuk tidak disayangi ketika kita tumbuh besar. Ikatan seperti itu tak akan mungkin terputus.

.

"Aku baru saja berbicara dengan Namjoon. Taehyung tidak apa-apa. Tadi malam dia tidak bisa masuk ke dalam rumah tapi dia menginap di tempat Bee. Jungkook menelepon Hen dan dia membukakan pintu rumah untuknya." Dia bicara dengan pelan seolah-olah Somi akan bangun atau mengganggunya karena membicarakan tentang Taehyung.

.

Jungkook meninggalkan Taehyung berdiri sendirian di jalan masuk rumah tadi malam. Terima kasih Tuhan dia membawa ponsel. Membayangkan Jungkook sendirian dalam gelap sungguh tak mampu dia tanggung saat ini. "Apa dia marah?" Sebenarnya apa yang sesungguhnya ingin Jungkook tanyakan adalah apakah ia marah pada Jungkook. Bagaimana mungkin dia tidak akan marah pada Jungkook? Jungkook lari meninggalkannya setelah membentaknya agar keluar dari mobil. Ketika ibu mengatakan pada Jungkook tentang Somi sesuatu dalam dirinya menyala dan Jungkook kehilangan akal.

.

"Namjoon bilang dia akan menjaganya..." Suara Hoseok melemah. Jungkook tahu apa yang sedang dipikirkannya. Meninggalkan Namjoon sendirian menjaga Taehyung adalah sesuatu yang berbahaya. Ia kaya, sukses dan keluarganya tidak membencinya. Bagaimana jika Taehyung menyadari kalau Jungkook membuang-buang waktunya?

.

"Dia hamil," kata Jungkook padanya. Jungkook harus memberitahu seseorang.

.

"Oh sial," gumamnya dan jatuh terduduk di kursi plastik keras yang terletak di sudut ruangan. "Kapan kau tahu?"

.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang